Halaman

Sabtu, 23 Januari 2010

ANGKA

ANGKA

Program keuangan/ pembiayaan mahkota dan poin yang menentukan dari perencanaan kita. Sebelum memasuki hal ini saya akan mengingatkan kalian bahwa jumlah total dari tindakkan-tindakkan kita ditetapkan/ ditentukan oleh masalah angka-angka.
Tatkala kita memasuki kerajaan kita pemerintahan kita yang otoratik akan menghindari kebodohan membebani massa rakyat dengan pajak, dari prinsip pemeliharaan diri sendiri mengingatkan bahwa pemerintah memainkan peranan bapak dan pelindung. Tapi karena organisasi negara memakan biaya, bagaimana perlu mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk itu. Karena itu dalam hal ini pemerintah kita akan mengerjakan dengan seksama masalah keseimbangan itu dengan tindakkan pencegah yang istimewa.
Pemerintahan kita, di mana raja akan menikmati fiksi legal bahwa segala sesuatu dalam negaranya kepunyaannya, akan diberi kuasa untuk berlindung kepada persitaan yang sesuai dengan hukum terhadap semua jumlah setiap jenis kekayaan untuk pengaturan sirkulasinya dalam negara. Kesimpulannya bahwa perpajakkan sebaik-baiknya akan di tutupi dengan pajak progresif terhadap harta kekayaan. Dengan cara ini kewajiban/ iuran akan di bayar tanpa menekan keras-keras atau merusak siapa pun menurut tingkah prosentase dari jumlah harta kekayaan.
Orang kaya harus sadar bahwa adalah kewajibannya untuk menempatkan bagian harta mereka yang berlebih pada pengaturan negara karena negara menjamin mereka keamanan hak milik dari kekayaan mereka yang tertinggal dan hak pendapatan yang ikhlas. Saya katakan ikhlas, karena pengendalian terhadap harta kekayaan akan menghilangkan perampokkan di atas dasar hokum (semacam zakat dalam islam).
Pembaharuan sosial ini harus datang dari atas, karena waktunya sudah matang untuk itu -hal yang tak dapat dihindari sebagai jaminan perdamaian.
Pajak yang dikenakan pada orang miskin adalah bibit revolusi dan membawa kerugian/ kerusakan negara yang mengejar sesuatu yang kecil yang akibatnya menghilangkan sesuatu yang besar. Sama sekali jangan dikata lagi, bahwa pajak terhadap kapitalis merusak pertumbuhan kekayaan pada tangan swasta di mana pada hari-hari ini kita telah memusatkannya sebagai imbangan terhadap kekuatan pemerintah (keuangan Negara).
Kenaikkan pajak menurut rasio prosentase terhadap kapital memang akan memberikan banyak revenue yang lebih besar dari pada pajak perorangan sekarang atau pejak kekayaan, namun ini adalah alasan satu-satunya yang membangkitkan kecemasan dan ketidakpuasan di antara rakyat.
Di atas kekuatan itulah (pen. system pajak tersebut) kita mendirikan/ meneggakkan keseimbagan dan jaminan perdamaian. Demi kepentingan dari hal-hal yang tak dapat dihindarkan sehingga kaum kapitalis sudah seharusnyalah mengerahkan suatu porsi sari income mereka untuk menjamin bekerjanya mesin negara. Kebutuhan-kebutuhan negara mesti di bayar oleh mereka yang tak mungkin meresakannya sebagai beban dan sudah cukup dari mereka.
Aturan semacam ini akan menghilangkan kebencian yang miskin kepada yang kaya, dia melihat dari padanyalah bantuan finansial yang perlu bagi negara, buat memelihara perdamaian dan kebaikan umum, karena dia mengetahui bahwa orang yang kayalah membayar alat-alat yang perlu untuk segala macam kebutuhan ini.
Supaya pembayar-pembayar dari kelas terpelajar tidak demikian banyak atau mengecewakan mereka terhadap pembayaran baru itu mereka akan mempersiapkan perkiraan lengkap dan pos-pos pembayaran, dengan pengecualian jumlah-jumlah seperti yang disediakan untuk kebutuhan-kebutuhan singgasana dan lembaga-lembaga administrative.
Siapa yang memerintah tidak akan mempunyai harta benda sendiri sedikitpun semuanya dalam negara merupakan warisan dari keturunan bapak, atau selanjutnya mungkin satu dengan yang lain berlawanan; kenyataannya maskapai swasta bertujuan mungkin sekali menghancurkan hak milik seluruh pemilikan umum.
Siapa saudara yang memerintah, kecuali ahli warisnya, yang akan dipelihara oleh sumber-sumber negara, mesti memasuki barisan pelayanan negara, atau mesti bekerja untuk memperoleh hak milik; hak istimewa yang berdarah raja tidak diperbolehkan merampas perbendaharaan negara.
Pembelian, penerimaan uang atau warisan akan dikenakan pembayaran pajak progresif bea materai. Pemindahan hak milik / harta benda apa pun, apakah itu uang atau yang lain, tanpa bukti bea materai ini, yang dengan tegas akan dicatat/ didaftarkan menurut namanya/ balik nama, akan mengembalikan pemegang pertama yang bertanggung-jawab untuk membayar bunga terhadap pajak dari saat pemindahan jumlah ini sampai dengan penemuan keterangan yang menyatakan pemindahan barang itu.
Dokumen-dokumen pemindahan akan kita majukan di kantor perbendaharaan setempat dengan pemberitahuan mengenai nama, jumlah dan alamat tetap baik pemegang pertama maupun pemegang yang baru dari harta benda tersebut. Pemindahan dengan balik nama mesti dimulai dari jumlah tertentu yang melampaui harga pembelian yang biasa dan sekala kebutuhan dan ini hanya akan di kenakan pembayaran dengan bea materai dalam prosentasi tertentu dari unit.
Menentukan dengan tepat perkiraan berapa kali pajak semacam ini akan menutupi revenue negara.
Perbendaharaan Negara harus menjaga tambahan tertentu dari jumlah cadangan, dan semua yang dikumpulkan di atas tambahan itu harus di kembalikan ke dalam peredaran/ sirkulasi. Dengan jumlah ini akan diorganisir pekerjaan-pekerjaan umum. Inisiatif dalam pekerjaan-pekerjaan jenis ini, disebabkan oleh sumber-sumber negara, dengan kuat akan mengikat kelas pekerja bagi kepentingan negara dan yang memerintah. Dari jumlah ini juga sebagian akan disisihkan untuk hadiah bagi usaha-usaha penemuan baru dan yang berproduktif baru.
Dengan tidak seharusnya memperhitungkan begitu banyak sebagai unit tunggal/ cadangan kas di atas jumlah tertentu yang diperkirakan secara bebas yang ditahan dalam perbendaharaan negara, karena uang yang ada diedarkan dan stagnasi uang macam apa pun merusak kelancaran mesin/ mekanisme negara, karena melibatkannya dalam rumah siput/ lingkaran setan; stagnasi ruamah siput dapat menghentikan pekerjaan mekanisme yang teratur.
Mengadakan subsitusi dengan obligasi untuk bagian alat tukar yang ditubuhkan (open market policy) benar-benar memasakkan stagnasi ini. Konsekuensi keadaan ini sudah cukup kita kenal. (kegoncangan harga, krisis moneter, resesi dan sebagainya).
Lembaga akutansi juga akan kita dirikan dan di dalamnya pemerintah akan mendapatkan kapan saja perkiraan yang rangkap untuk pendapatan dan pengeluaran negara, dengan pengecualian dari perkiraan lancar (current assets) perbulan, yang belum diterima, dan yang dari bulan sebelunya, yang belum diserahkan.
Satu-satunya dan hanya orang yang tidak akan berkepentingan merampoki negara adalah pemiliknya yaitu pemerintah. Karena itu mengapa pengawasan personilnya akan menyingkirkan kemungkinan kebocoran dan pemborosan.
Fungsi pemerintah yang representatif terhadap resepsi untuk kepentingan etiket, yang menyerap demikian banyak waktu yang tak berguna akan di hapuskan supaya pemerintah dapat punya waktu untuk pengawasan dan perhatian. Tenaganya tidak akan dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil di antara waktu untuk melayani kesukaan orang sekitar singgasana untuk kebesaran dan kemulianya, dan hanya berminat pada kepentingan diri mereka sendiri dan bukan pada kepentingan umum dan negara.
Krisis ekonomi timbul dengan jalan tidak lain dari pada penarikan kembali uang dari peredarannya. Kapital maha besar telah stagnasi menarik kembali uang dari negara, yang tetap punya kewajiban berkenaan dengan kapital pinjaman yang stagnasi tersebut. Pinjaman ini memberatkan keuangan negara dengan pembayaraan bunga dan membuat mereka budak obligasi dari kapital ini.
“Kosentrasi industri dalam tangan kaum kapitalis keluar dari tangan pengusaha kecil telah mengeringkan seluruh hasil keringat rakyat dan juga dengan mereka dari negara… “
Pengeluaran uang sekarang pada umumnya tidak sesuai dengan kebutuhan per kepala/ perkapita, dan karena itu tidak dapat memuaskan semua keperluan pekerja. Pengeluaran uang seharusnya sesuai dengan pertumbuhan penduduk karena itu anak-anak juga mutlak direken sebagai konsumer mata uang sejak hari mereka dilahirkan. Revisi pengeluaran uang adalah suatu bahan persoalan bagi seluruh dunia.
Standard emas telah menyebabkan keruntuhan negara yang mengambilnya sebagai standar mata uangnya, karena standar itu tidak dapat memenuhi permintaan akan uang, apalagi karena emas telah teralihkan dari peredarannya sejauh mungkin.
Bagi kita standar yang mesti diintrodusir adalah berdasarkan ongkos tenaga kerja, apakah itu direken/ dibuat dari kertas atau logam. Kita akan membuat pengeluaran uang sesuai dengan kebutuhan normal setiap penduduk dengan menambahkan setiap kelahiran kepada jumlah itu dan menguranginya dengan setiap kematian.
Perkiraan akan diurus oleh setiap departemen, setiap yang beredar.
Agar jangan sampai terjadi penundaan pembayaran uang bagi kebutuhan negara jumlah dan jangka waktu pembayaran semacam itu akan ditentukan oleh keputusan/ penetapan pemerintah; hal ini akan menghilangkan perlindungan oleh satu kementrian dari satu lembaga yang dapat merugikan pihak yang lain.
Pembaharuan akan dirancang oleh kita dalam lembaga keuangan dan prinsip-prinsip akan kita pakaikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga tidak akan memperlihatkan tanda bahaya/ tanda yang menakutkan. Kita akan menunjukkan perlunya pembaharuan/ undang-undang baru dalam konsekwensi kegelapan yang kacau balau itu.
Menitipkan nasib keuangan dengan keadaan yang morat-marit berdasarkan pada permulaan menyusun budget tunggal yang dari tahun ke tahun berkembang oleh karena sebab-sebab sebagai berikut: “budget yang terhambat, maka mereka minta untuk memperbaiki budget itu dan ini mereka gunakan dalam tiga bulan, kemudian mereka minta pula tambahan budget, dan seluruhnya berakhir dengan likwidasi budget. (APBN itu sesungguhnya sama sekali sudah dilikwidir). Tapi karena budget tahun berikutnya direncanakan sesuai dengan jumlah dari tambahan total, ketekoran tahunan dari yang pokok/ normal mencapai sebanyak 50 persen dalam setahun, dan dengan demikian budget tahunan berlipat tiga dalam sepuluh tahun. Periode pinjaman yang terjadi itu sebagai tambahan dan yang menelan habis yang tersisa dan menggiring negara menjadi bangkrut. Sayangnya, karena kelengahan Negara kita dengan metode semacam itu malah diizinkan, itulah yang sebenarnya mengakibatkan perbendaharaan Negara menjadi kosong.”
Kalian harus mengerti dengan sempurna bahwa pengaturan ekonomi dengan cara ini, yang telah memengarui Negara, tidak boleh dilakukan oleh kita.
Segala macam pinjaman membuktikan kelemahan dalam negara dan kekurangan pengertian tentang hak-hak negara (hak kekuasaan atau kemampuan untuk berbuat sesuatu). Pinjaman bergantung di atas kepala pemerintah bagaikan pedang Democles, yang seharsnya memungut pajak temporer dari penduduk mereka, mereka/ pemerintah datang mengemis dengan mengulurkan tangan kepada banker (IMF, Bank Dunia, dll).
Pinjaman luar Negeri adalah lintah darat yang tak ada kemungkinan lagi berpindah dari tubuh negara sehingga mereka sendiri (pemerintah) jatuh atau negara (rakyat) yang mencampakkan mereka. Tapi negara (rakyat) tidak mencabik habis mereka; mereka (pemerintah) terus bertahan dengan keras kepala berperan lagi sehingga dengan demikian tak mungkin terhindarkan lagi jika mereka (pemerintah) mesti tewas dihabiskan oleh penumpahan darah dengan sokongan sukarela.
Apakah hakekat pinjaman itu, khususnya pinjaman luar negri? Pinjaman adalah penggunaan devisa kredit pemerintahan yang mengandung suatu persentase kewajiban/ bunga seimbang dengan jumlah modal pinjaman. Jika pinjaman itu dikenakan bunga 5 persen, maka dalam 25 tahun negara membayar bunga dengan sia-sia sejumlah pinjaman, dalam 40 tahun akan membayar bunga 2 kali jumlah pinjaman, dalam 60 tahun berlipat 3 -dan beberapa lama lagi seluruh sisa-sisa utang itu tak terbayarkan.
Dari kalkulasi ini jelaslah bahwa dengan bentuk pajak apa pun per kepala negara mengarungi ke luar negri uang tembaga sampai yang terakhir yang diperoleh dari pembayar pajak yang miskin untuk membayar rekening/ utang ke pada orang-orang luar negri yang kaya raya daripadanya telah di pinjamkan uang sebagai ganti pengumpulan tembaga ini untuk keperluan sendiri tanpa tambahan bunga. (Tembaga disini dapat mewakili seluruh logam yang biasa dijadikan mata uang, yang sekarang sudah diganti dengan kertas). Maksud saya disini: “mengapa tidak mengumpulkan logam (emas, perak, tembaga, dll.) dari dalam negri sendiri saja untuk dijadikan mata uang dari pada mengadakan pinjaman luar negri yang membawa kesengsaraan rakyat dan kebangkrutan negara.” Pilihan ini akibat termakan oleh teori moneter/ teori ekonomi yang yang mereka terima dari kalangan kaum intelektual.
Sepanjang pinjaman dalam negeri hanya memindahkan uang Negara dari kantong yang miskin ke kantong yang kaya. Tatkala orang-orang kaya itu membeli secara besar-besaran pribadi yang terpaksa (demonstration effect, contohnya) agar mentransfer pinjaman itu ke dalam lingkungan luar negeri seluruh kekayaan Negara ini mengalir ke dalam peti kas mereka (orang-orang kaya) dan Negara mulai membayar pajak penduduk kepada mereka, (pinjaman dalam negeri seperti deposito, tabungan, obligasi dan sebagainya sebagai sumber modal melalui kegiatan bisnis dapat dilibatkan ke dalam arus perdagangan internasional yang mau tidak mau membuat Negara kita tunduk dengan kurs wesel yang telah dibenarkan oleh berbagai teori kurs wesel sebagai tabir bagi orang-orang kaya itu, dengan demikian ada alasan nilai mata uang mereka selalu turun. Perusahaan kemaksiatan, korupsi, penyelundupan dan melarikan dana ke luar negeri merupakan pula di antara sekian caranya).
Jika kedangkalan pemerintah di atas singgasananya memandang urusan-urusan negara dan penyuapan/ korupsi para menteri, pejabat pemerintahan atau kekurangan pengertian mengenai masalah keuangan pada bagian orang-orang yang memerintah lainnya yang menyebabkan negeri ini pengutang terhadap perbendaharaan orang-orang kaya itu pada jumlah yang sama sekali tak mungkin membayarnya pengeluaran uang yang berat dengan penuh kesukaran tidak diselesaikan tanpa menurut peran mereka para orang-orang kaya itu.
Stagnasi uang tak akan kita biarkan dan karena itu tidak akan ada obligasi negara kecuali yang seri satu persen, sehingga dengan demikian tak akan ada pembayaran bunga kepada lintah darat yang menyedot seluruh kekuatan Negara. Hak mengedarkan obligasi dapat diberikan secara khusus kepada perseroan yang tidak akan memperoleh kesukaran dalam pembayaran laba, sedangkan Negara tidak membayar bunga terhadap uang yang dipinjamkan seperti perseroan ini, karena Nnegara meminjam untuk dibelanjakan/ rutin dan bukan digunakan dalam operasi/ produktif.
Sekarang surat berharga industri (saham) yang dibeli oleh pemerintah yang dari padanya menjadi sebagai pembayar pajak atas pinjaman operasi (pinjaman produktif) yang akan ditransformasikan ke dalam peminjamkan uang pada keuntungan pemerintah (keuntungan parasit dan tanpa kerja). Padahal cara ini akan menyetop stagnasi uang, tapi mereka malah merasa yakin sedang berpacu dalam kemajuan dan kemanusiaan. Seharusnya dalam pemerintahan sistim teersebut haruslah tanpa bunga, sebab bungalah sumber kekacauan ekonomi, kemiskinan, dan perang. Sementara ahli-ahli ilmu social, ekonomi dan filsafat adalah yang mencekoki memutarbalikkan otak dan pandangan manusia.
Alangkah jelasnya daya berpikir yang tidak maju dari pemerintah kita ini sebagai yang ternyata dalam fakta bahwa mereka meminjam dari orang-orang kaya itu dengan pembayaran bunga tanpa pernah mereka pikirkan bahwa semua uang yang dipinjamnya itu plus tambahan-tambahan pembayaran bunganya mesti diperoleh oleh mereka dari kantong negara ini sendiri untuk melunasi utangnya kepada orang-orang kaya itu (para Banker). Apakah ada yang lebih sederhana/ mudah dari pada mengambil uang yang mereka butuhkan dari rakyat mereka sendiri?
Mereka (orang-orang kaya itu) telah mengambil keuntungan dari pemerintahan kita untuk melipat gandakan uang mereka 2 kali, 3 kali dan lebih lagi dengan meminjamkan uang kepada pemerintah Negara ini yang semuanya bukan dibutuhkan oleh Negara (rakyat). Dapatkah sembarangan orang melakukan serupa itu terhadap pinjaman mereka? Karena itu, mereka hanya akan berurusan dengan perincian pinjaman internal/ dalam Negeri.
Negara mengumumkan semacam pinjaman yang berhari jatuh tempo dan membuka langganan rekening untuk wesel/ kertas berharga mereka sendiri (pemerintah Negara ini), yaitu kertas berharga yang berbeban bunga (seperti menjual sertifikat, perbendaharaan negara, dalam rangka politik diskonto). Bahwa mereka (pemerintah Negara ini) akan berada dalam jangkauan semua harga yang ditetapkan pada dari seratus sampai seribu; dan diskonto dibuat untuk langganan/ penanda tangan kertas berharga yang awal sekali.
Hari berikutnya, dengan cara yang mereka (para Banker/ orang-orang kaya itu) buat-buat, harga kertas berharga menaik, (menjadi alasan yang tak pernah dibuktikan kebenarannya) dan mendorong setiap orang berlomba-lomba membelinya. Dalam beberapa hari peti besi perbendaharaan -sebagai yang mereka (para Banker) katakanlah- melimpah, dan lebih banyak uang dari pada yang dapat pemerintah gunakan secara efektif (mengapa kesempatan itu di gunakan?). Rekening itu dinyatakan menutupi banyak kali terhadap total pinjaman yang beredar, yang meliputi seluruh jatuh tempo surat berharga –lihatlah, pemerintah berkata, betapa kepercayaan masyarakat terhadap surat berharga/ wesel perintah.
Tetapi ketika sandiwara yang dimainkan itu menampilkan fakta posisi debit / pasiva dan telah tercipta sisi debit/ utang yang sangat tertekan. Untuk pembayaraan bunga keadaan yang memaksa pemerintah untuk mencari perlindungan dengan pinjaman baru, yang tidak memadai tapi hanya menambahi utang capital. Dan jika kredit/ pinjaman ini sudah terpakai semua keadaan memaksa pemerintah mengadakan pajak baru untuk menutupi bukan pinjaman pokok tapi hanya bunganya. Pajak ini adalah suatu debit yang dilakukan untuk menutupi debit (ekses politik moneter di atasi dengan politik perpajakkan).
Kemudian datanglah waktu untuk konversi, tetapi pemerintah mengurangi pembayaran bunga tanpa menutupi utang pokok, dan apalagi tak dapat dibuat tanpa seizin pemberi pinjaman; mengenai maklumat konversi suatu anjuran yang dibuat untuk mengembalikan pembayaran uang kepada yang tak mampu menukarkan surat berharganya.
Jika setiap orang menyatakan diri tidak mampu dan menuntut uangnya kembali, pemerintah Negara ini akan binasa oleh siasatnya sendiri dan dalam posisi insolvent dan tak sanggup membayar jumlah-jumlah yang diusulkan. Nasib mujur, penduduk (rakyat Negara in) memahami kesulitan keuangan yang dihadapi pemerintah, rakyat memilih kerugian atas nilai nominal surat berharga/ weselnya dan pengurangan bunga yang diperoleh dari pada menanggung risiko atas investasi baru dangan uang mereka dan dengan demikian punya kesempatan yang memperkuat pemerintah untuk membuang beberapa juta pada sisi debit dari neraca. (Keuangan negara bangkrut akibat politik moneter pemerintah namun rakyatlah pada akhirnya yang memikulnya).
Sekarang, dengan pinjaman luar negri, tipu daya ini tak dapat dimainkan oleh rakyat karena mereka tahu bahwa orang-orang kaya itu akan menuntut semua uangnya kembali.
Dengan jalan ini kebangkrutan yang diakui akan benar-benar membuktikan bagi berbagai negeri ketiadaan cara/ daya upaya apa pun di antara kepentingan rakyat dan orang-orang yang memerintah rakyat (pemerintah). (Pemerintah tak pernah memahami cara yang efektif untuk menghindarikan/ menghilangkan gap di antara pemerintah dengan rakyat; justru kondisi inilah yang para Banker butuhkan).
Saya mohon kalian memusatkan perhatian anda yang khusus terhadap point ini dan yang berikut: semua pinjaman dalam negeri dikonsolidasi oleh apa yang disebut pinjaman tebang/ flying loans, yaitu sebagai jangka pembayaran lebih kurang dekat. Utang-utang ini terdiri dari uang yang disetor ke bank tabungan dan dana cadangan. Jika tertinggal lama pada penempatan pemerintah dana-dana ini menguap dalam pembayaran bunga pinjaman luar negri, dan ditempatkan kembali melalui deposito dengan rente yang sama.
Itulah suatu bukti kejeniusan pikiran orang-orang kaya itu bahwa mereka telah mencari akal untuk menggambarkan kepada pemerintah Negara ini tentang masalah pinjaman itu dengan penjelasan ilmiah sedemikian rupa sehingga pemerintah kita bahkan yakin benar menguntungkan bagi mereka. (silahkan baca buku-buku politik ekonomi dan ekonomi pembangunan karangan para professor mereka!! Tapi semasih anda kagum dan bangga system ilmiah mereka mampu merubah anda menjadi sukarelawan mereka tanpa dibayar dan tak perduli apakah anda sadar atau tidak).
Mengenai yang saya laporkan kepada kalian pada kali ini, akan saya tambahkan suatu penjelasan yang terperinci tentang pinjaman dalam negeri/ internal. Mengenai pinjaman luar negri/ asing tidak akan saya bicarakan lagi, sebab pemerintah telah memberi santapan kepada orang-orang kaya itu dengan uang nasional Negara ini. Tetapi bagi kita tidak akan ada istilah asing atau luar negri/ eksternal lagi (jika kita telah menguasai dunia dengan uang, science dan tekhnologi).
Dan inilah yang terakhir, menambal semua kebocoran pada pembendaharaan Negara ini.
Tatkala kita menaiki singgasana dunia semua muslihat keuangan ini dan yang semacam itu, yang tidak sesuai dengan kepentingan kita, akan kita sapu bersih sehingga tidak meninggalkan bekas, demikian juga akan hancurkan pasar uang, karena kita tidak akan mengizinkan prestise kekuasaan kita di goncangkan oleh fluktasi harga yang menghasut nilai kita, yang kita umumkan menurut undang-undang pada harga yang menunjukkan harganya penuh tanpa kemungkinan sedikitpun turun atau naik. (harga naik memberi dalih akan harga turun, silahkan anda pelajari teori nilai dan harga dari ilmu ekonomi! Mampukah anda menemukan dasar-dasar yang menyesatkan namun dalam sanduran dan pulasan penuh ilmiah? Bahkan penalaran tajam tanpa ketaqwaaan membuat semakin mantap dalam kesasaran! Penalaran tanpa taqwa pasti diganti oleh penalaran dengan dominasi instink yang dibelakangnya dikendalikan iblis mewujudkan sisitem thaghut !).
Kita akan menggantikan pasar uang dengan lembaga-lembaga kredit pemerintah yang luhur, tujuannya akan menentukan harga dari nilai-nilai industri menurut pandangan pemerintah. Lembaga-lembaga ini akan berada dalam suatu posisi untuk melemparkan ke pasar lima ratus juta kertas berharga industri dalam satu hari atau membelinya semua untuk jumlah yang sama. Dengan jalan ini seluruh perusahaan industri akan tergantung pada kita. Kalian dapat membayangkannya betapa kekuasaan raksasa kita dengan demikian akan menjamin untuk kita sendiri.
Dalam semua hal demikian jauh telah saya laporkan kepada kalian, saya telah berupaya melukiskan dengan hati-hati rahasia apa yang akan mendatang, apa yang lalu, dan apa yang sedang berlangsung sekarang, mengalir dengan cepat ke dalam banjir peristiwa yang sudah siap datang dalam waktu dekat, rahasia hubungan mereka (Para Banker) dengan pemerintah dan rahasia operasi-operasi keuangan.
Mengenai hal ini perlu sedikit saya tambahkan. Dalam tangan kita perlu ada kekuasaan yang amat besar yaitu kekuasaan emas. Dengan begitu dalam dua hari kita dapat memperoleh dari gudang-gudang kita sejumlah berapa saja yang kita inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar