Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Alien

MAKHLUK LUAR ANGKASA
Berbicara mengenai makhluk luar angkasa akan membawa kita pada kontroversi berkepanjangan yang sampai hari ditulisnya buku ini pun perdebatan dikalangan ilmuwan dan juga agamawan terus berlanjut. Tidak ada kata sepakat mengenainya. Ada yang mengkaitkan mereka dengan makhluk jenis Jin, ada juga yang berpendapat bahwa mereka benar-benar ada dan berupa makhluk tersendiri terpisah dari jenis manusia dan jin, ada juga yang mengingkari keberadaannya dan menganggapnya sekedar berita bohong, isapan jempol dan imajinasi belaka.
Padahal seperti yang telah diungkapkan oleh Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya[1], bahwa bumi yang kita diami ini tidaklah lebih dari sebutir debu dialam semesta yang amat besar dan megah dan penuh dengan kehidupan dan makhluk hidup. Kita akan menjadi orang dungu apabila mengira hanya kita sajalah makhluk hidup dalam wujud semesta yang maha luas ini. Allah telah menciptakan begitu banyak galaksi, mungkinkah hanya satu planet saja yang berisi kehidupan ?
Alam ini bagi al-Ghazali sudah penuh sesak dengan makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah yang merujuk pada wujud-Nya dan bersaksi tentang kebesaran-Nya. Senada dengan pernyataan ini, penulis Indonesia kontroversial ditahun 80-an asal Sumatera Barat bernama Nazwar Syamsu[2] berpendapat bahwa banyaknya laporan masyarakat bumi terhadap penampakan UFO atau piring terbang harus menjadi alasan positip yang mengkuatkan adanya kehidupan manusia bermasyarakat diplanet lain seperti halnya yang ada diplanet kita ini.
Namun berbeda dengan keduanya, Muhammad Isa Dawud dengan semua uraiannya yang panjang lebar didalam bukunya menyatakan bahwa semua misteri seputar keberadaan piring terbang ataupun makhluk luar angkasa tidak lain hanyalah perbuatan dan tipu daya Iblis bersama Dajjal yang memiliki markas besar disegitiga Bermuda[3].
Terlepas dari perbedaan pendapat yang ada diatas tadi, maka bagaimanapun logika mereka tidak ada yang menyimpang dari apa yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya didalam kitab suci al-Qur’an maupun al-Hadis. Mereka ini pada hakekatnya berbeda dalam cara penafsiran ayat dan hadis sesuai dengan cara maupun sudut pandang masing-masing. Tetapi satu hal yang pasti bahwa semua dalil yang mereka pergunakan sangat patut untuk dijadikan perhatian bagi kita semua, terutama untuk yang tertarik dalam kajian ini.
Cerita mengenai keberadaan dari piring terbang dan manusia-manusia dari luar angkasa sendiri sebenarnya sudah dikenal jauh sebelum teknologi modern manusia dicapai, misalnya dongeng-dongeng mengenai kerajaan Atlantis atau juga kisah mengenai kepahlawanan Hercules yang akhirnya kembali kelangit bersama ayahnya Zeus setelah menyelesaikan tugas dibumi tidak bisa dianggap hanya sekedar cerita pengantar tidur bangsa Yunani kuno bahkan cerita keperkasaan Gatot Kaca dalam wayang purwa yang memiliki baju terbang bernama “Kotang Antakusuma” dan helm “Basunanda” lengkap dengan sepatu pelindung “pada kacarma” juga menjadi suatu teori tersendiri oleh sejumlah peneliti masalah piring terbang.
Lalu bagaimana sebenarnya pendapat al-Qur’an sendiri mengenai hal-hal yang masih merupakan misteri besar ini ?
Kitab suci al-Qur’an memang tidak bercerita secara jelas (didalam ayat-ayat Muhkamatnya) kepada kita mengenai keberadaan makhluk hidup diluar manusia berikut planet dimana mereka tinggal. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa secara simbolik (melalui ayat-ayat Mutasyabihatnya) al-Qur’an juga menolak keabsahan teori-teori tersebut, sebab sebaliknya justru al-Qur’an menggambarkan kekuasaan Tuhan disemua alam semesta yang melingkupi seluruh makhluk hidup yang ada dan tersebar disemua penjuru galaksi.
Dan diantara ayat-ayat-Nya adalah menciptakan langit dan bumi ; dan Dabbah yang Dia sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. - Qs. 42 Asy-Syura :29
Dan Allah telah menciptakan Dabbah dari almaa’; diantara mereka ada yang berjalan diatas perutnya dan ada juga yang berjalan dengan dua kaki dan sebagiannya lagi berjalan atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, karena sesungguhnya Allah berkuasa atas tiap-tiap sesuatu.. - Qs. 24 An-Nur :45
Melalui surah asy-syura ayat 29 diatas kita memperoleh gambaran dari al-Qur’an bahwa Allah telah menyebarkan dabbah disemua langit dan bumi yang telah diciptakan-Nya. Pengertian dari istilah Dabbah ini sendiri bisa kita lihat pada surah an-Nur ayat 45, yaitu makhluk hidup yang memiliki cara berjalan berbeda-beda, ada yang merayap seperti hewan melata ada yang berjalan dengan dua kaki sebagaimana halnya dengan manusia dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki seperti kuda, anjing, kucing dan seterusnya sehingga merujuk istilah Dabbah yang ada dilangit dengan makhluk berjenis Jin atau Malaikat saja dan mengabaikan kemungkinan adanya makhluk jenis lain berarti bertentangan dengan maksud kitab suci sendiri.
Dan hanya kepada Allah saja bersujud semua yang ada dilangit dan dibumi, mulai dari Dabbah hingga para malaikat; sementara para malaikat itu tidak pernah berbuat angkuh – Qs. 16 an-Nahl : 49
Karena itu tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada mereka yang menolak keberadaan makhluk hidup diluar jenis manusia dan jin sekaligus menyatakan bahwa hanya diplanet bumi ini sajalah makhluk hidup ciptaan Allah, menurut pendapat penulis pribadi, maka dijaman yang serba modern dan canggih ini apalagi didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an sendiri tidaklah bisa dibenarkan. Adalah mustahil kebohongan dilakukan oleh hampir separuh penghuni bumi ini dalam waktu yang berbeda dan bahkan dipisahkan oleh kurun masa berabad-abad dari sekarang.
Su’ud Muliadi[1] misalnya menyatakan dalam bukunya bahwa laporan paling tua mengenai pesawat dari luar angkasa yang mendarat dibumi ini berasal dari abad ke-15 sebelum Masehi, yaitu pada sebuah tulisan Mesir kuno (papirus) yang merupakan bagian dari buku harian Raja Thutmosis III (1504-1450 SM) yang merupakan raja Mesir terbesar dimasa lalu dengan daerah kekuasaannya sampai kesungai Euphrat dan Sudan.
Laporan itu terjadi pada salah satu ekspedisi penaklukkan yang dipimpinnya langsung, dimana dalam perjalanannya Thutmosis III melihat adanya sebuah lingkaran api muncul diangkasa dengan panjang sekitar 1 rod atau ± 5 meter tanpa mengeluarkan suara dan perlahan bertambah tinggi naik keangkasa menuju keselatan dan menghilang dikegelapan malam.
Seterusnya beberapa penemuan Arkeologi kerajaan Romawi kuno juga menunjukkan bahwa penampakan dari piring terbang juga pernah terjadi dimasa lalu. Salah satu penemuan itu berupa mata uang logam Romawi kuno yang berukiran gambar bintang dan sebuah bola dengan antena mirip satelit yang ada dijaman kita modern ini. Pendapat awal yang memperkirakan bahwa bola berantena ini merupakan ukiran matahari akhirnya kandas setelah penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan adanya kenyataan empat sinar cahaya dari bola itu dipancarkan dengan cara yang berlainan terhadap cahaya dari matahari. Apalagi pada mata uang logam tersebut terdapat kata-kata Providentia Deorum yang memuliakan para dewa dan terdapat seorang wanita dalam wujud Providentia muncul dari cahaya yang bersinar tersebut[2].
Selanjutnya berturut-turut Yves Naud dalam bukunya berjudul Peninggalan Masa Lampau yang misterius dan UFO, dan Erich Von Daniken dengan bukunya Adakah makhluk lain dari angkasa luar[3] memberikan kehadapan kita banyak sekali data-data yang memastikan mengenai apa yang telah disampaikan oleh ayat-ayat al-Qur’an tadi. Bahkan menurut Yves Naud berdasarkan penelitiannya yang panjang, teknologi yang pernah dicapai oleh nenek moyang manusia jaman dahulu kala jauh melebihi apa yang sudah dicapai oleh manusia modern sekarang ini.
Hal ini dibuktikannya dengan keberadaan Peta Piri Reis yang merupakan suatu peta dengan rancangan ilmu geografis sangat akurat Konon pada awal abad ke delapan belas, di istana Topkapi Turki, ditemukan peta-peta kuno. Peta itu adalah milik seorang perwira tinggi Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis. Dua buah atlas yang disimpan di perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar yang tepat dari laut Tengah dan daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari Laksamana Piri Reis ini. Semua peta ini telah diserahkan kepada Arlington H. Mallerey seorang Kartograf Amerika untuk diteliti. Mallerey memperkuat fakta yang luar biasa bahwa semua data geografi terdapat pada peta-peta itu, tetapi tidak digambar pada tempat yang semestinya. Ia minta bantuan dari Walters seorang kartograf dari Biro Hidrografi Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey dan Walters bersama-sama menyusun suatu skala dan mentransformasikan peta itu menjadi bola dunia. Mereka membuat penemuan yang menggemparkan.
Petanya memang cermat, bukan hanya mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja melainkan pantai-pantai Amerika Utara dan Selatan bahkan garis-garis tinggi Permukaan Samudra Antartika pun dilukiskan dengan persis sekali pada peta Piri Reis itu. Peta itu bukan hanya memproduksikan garis besarnya benua-benua melainkan juga topografi dari daerah-daerah pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran tinggi; semuanya digambarkan de ngan ketepatan yang luar biasa.
Dalam tahun 1957, peta-peta itu diserahkan kepada Jesnit Lineham, yang menjabat direktur dari Weston Observatory merangkap juru potret pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah memeriksanya dengan cermat, Lineham pun hanya dapat memperkuat ketepatannya yang fantastis itu bahkan sampai mengenai daerah daerah yang di masa sekarang jarang sekali dipelajari. Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di Antartika yang baru ditemukan pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat. Pegunungan itu telah tertutup oleh es beratus-ratus tahun lamanya. Peta kita sekarang dibuat berdasarkan hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat gema suara. Penyelidikan terakhir yang dilakukan oleh Profesor Charles. H. Hapgood dan ahli matematika Richard W. Strachan telah memberikan informasi yang lebih mengherankan lagi. Setelah diadakan perbandingan dengan hasil pemotretan bulatan dunia kita yang di lakukan secara modern dari satelit, perbandingan itu menunjukkan bahwa peta aslinya dari Piri Reis itu pasti telah dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari udara dengan ketinggian yang jauh sekali.
Sebuah kapal ruang angkasa terbang diam di atas Kairo dan membidikkan kameranya lurus ke bawah, setelah filmnya dicuci maka akan terdapat gambaran ini; segala sesuatu yang ada dalam radius kira-kira 5.000 mil dari Kairo akan direproduksikan secara tepat, karena semuanya ada di bawah lensa. Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar radius itu akan berubah reproduksinya dari keadaan sebenarnya. Semakin jauh pandangan kita dari titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau perubahan gambarnya. Mengapa ini semua? karena bumi ini berbentuk bulatan, benua-benua yang jauh dari titik pusat seolah tenggelam ke bawah. Negara Amerika Selatan misalnya, tampaknya berubah dengan janggal sekali pada ukuran memanjangnya, persis seperti perubahan pada peta Piri Reis ! Dan juga persis seperti hasil-hasil pemotretan yang dilakukan satelit buatan dari Amerika.
Bagaimana kita bisa menjelaskan hal demikian itu, bagaimana mungkin nenek moyang kita mampu membuat peta seakurat ini dengan pengetahuan mereka yang konon menurut buku-buku sejarah masih dalam taraf hidup didalam gua dan mengembara (nomaden) ? Tidakkah teori yang menyatakan bahwa nenek moyang manusia sebenarnya pernah mencapai kemajuan dibidang ilmu dan teknologi canggih sebelum akhirnya melalui sebuah banjir besar telah melemparkan manusia kembali kejaman batu, bisa diterima ? Bisakah ajaran Islam yang diklaim sebagai ajaran Tuhan semesta alam menjawab semuanya ?
Dan orang-orang yang hidup sebelum mereka sekarang ini telah pernah mendustakan Kami, padahal mereka yang ada sekarang ini belum sampai pada sepersepuluh yang pernah Kami berikan kepada mereka dahulu kala. - Qs. 34 Saba’ : 45
Beberapa penafsir kitab suci ada yang merujuk maksud dari orang-orang yang hidup sebelumnya pada ayat tersebut sebagai orang-orang kafir Mekkah yang sudah meninggal sebelum kenabian Muhammad, akan tetapi adalah sah-sah saja bila kita menafsirkannya dengan makna yang lebih luas dari itu dan menghubungkan ayat ini dengan teori yang sudah kita bahas sebelumnya. Apalagi dalam catatan kakinya yang menjelaskan ayat ini, Departemen Agama Republik Indonesia menulis maksud dari sepersepuluh yang kami berikan kepada orang-orang sebelumnya itu adalah pemberian Allah seputar kepandaian ilmu pengetahuan, umur panjang, kekuatan jasmani, kekayaan harta benda dan sebagainya.[4]
Seperti yang sering saya singgung, bahwa al-Qur’an harus dipahami secara universal dan aktual, sehingga kemonotonan penafsiran yang ada pada tafsir Qur’an tradisional tidak membuat kitab suci ini sebagai sesuatu yang hanya menjadi pajangan dimasjid ataupun bacaan saat menjelang sholat Jum’at. Kita harus melanjutkan misi aktualisasi kitab suci yang sudah dirintis oleh Syaikh Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid Ridha diawal abad 20. Bangsa Indonesia sendiri memiliki banyak cendikiawan muslim modern yang telah mencoba memberikan tafsiran baru ayat-ayat al-Qur’an. Sebut saja misalnya nama-nama seperti Dr. Ir. Hidajat Nataatmadja melalui bukunya versi baru Ihya Ulumiddin[5] atau Nurcholish Madjid dalam Khazanah Intelektual Islam[6] serta nama Nazwar Syamsu yang terkenal dengan bukunya Tauhid dan Logika[7].
Dengan begitu, maka kita bisa mendapatkan kitab suci al-Qur’an benar-benar sebagai kitab petunjuk yang bermanfaat bagi manusia didalam mempelajari ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
Keberadaan planet-planet yang berfungsi sebagai tempat hidup dan berkehidupan makhluk berjiwa seperti bumi misalnya secara eksplisit bisa juga kita peroleh didalam ayat al-Qur’an :
Allah menciptakan tujuh langit dan seperti itu juga bumi; berlaku hukum-hukum Allah didalamnya, agar kamu ketahui bahwa Allah sangat berkuasa terhadap segala sesuatu; dan Allah sungguh meliputi segalanya dengan pengetahuan-Nya. - Qs. 65 ath-Thalaq : 12
Jika kata langit dan bumi disebut dengan bilangan tujuh yang berarti banyak (lebih dari satu), maka tentu yang dimaksud dalam ayat ini adalah kemajemukan gugusan galaksi yang terdiri dari jutaan bintang dan planet-planet yang ada sebagaimana yang kita ketahui dari ilmu astronomi modern. Oleh karenanya secara tidak langsung al-Qur’an menyatakan kepada kita bahwa Bumi yang kita diami ini bukanlah satu-satunya bumi yang ada dijagad raya.
makhluk-makhluk yang ada dilangit dan dibumi memerlukan Dia, setiap waktu Dia dalam kesibukan. - Qs. 55 Ar-Rahman :29
Setelah berkali-kali mengadakan pengamatan secara teliti menggunakan teleskop-teleskop Observatorium W.M. Keck Hawaii, Observatorium Lick di California dan Observatorium McDonald di Texas sejak bulan Juli 2003 yang lalu, maka hari selasa tanggal 31 Agustus 2004 sejumlah astronom mengumumkan penemuan jenis planet baru yang memiliki lebih banyak kesamaan dengan Bumi dibanding dengan planet-planet gas raksasa yang pernah ditemukan sebelumnya[8]
Planet-planet mirip bumi tersebut yang pertama berada di gugusan Leo memiliki massa 21 kali ukuran bumi dan waktu rotasi 2,64 hari dengan perkiraan jarak lebih kurang 33 tahun cahaya dari Bumi kita sedangkan planet berikutnya berada digugusan Cancer memiliki massa 18 kali dari bumi dan waktu orbit 2,81 hari dengan jarak dari bumi ini sekitar 41 tahun cahaya. Atas penemuan kedua planet ini baik Barbara McArthur, peneliti dari Universitas Texas di Austin maupun Anne Kinney, direktur Direktorat Misi Ilmiah Divisi Jagad Raya NASA sama-sama mengungkapkan rasa optimisnya bahwa teka-teki keberadaan makhluk hidup lain diluar bumi akan segera terjawab.
Planet lainnya yang baru ditemukan dan diduga memiliki juga persamaan dengan bumi adalah planet yang mengorbit bintang Gliese 876 berjarak sekitar 15 tahun cahaya dari bumi pada arah rasi bintang Aquarius dengan massa sebesar 5,9 hingga 7,5 kali massa bumi[9]
Sementara misi antariksa tanpa awak Voyager 1 yang diluncurkan atas kerjasama NASA dan Caltech pada tanggal 5 September 1977 sudah berada diluar tata surya kita dengan jarak 14 milyar kilometer dari planet bumi dan tengah menyelidiki heliopause dan medium antar bintang, ini adalah satu-satunya benda buatan manusia modern yang berada jauh diruang angkasa sehingga untuk dapat menangkap sinyalnya dipusat kontrol Jet Propulsion Laboratory di dekat Pasadena, California dibutuhkan waktu lebih dari 13 jam.[10]
Akhirnya, bersikap terlalu skeptis terhadap sejumlah kalangan yang menyibukkan dirinya untuk melakukan eksplorasi angkasa raya guna menemukan peradaban lain maupun mentertawakan sejumlah penelitian terhadap ilmu pengetahuan yang pernah dicapai oleh nenek moyang manusia dimasa lalu sungguh bukan perbuatan yang bijaksana dan bertentangan dengan kitab suci.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memperolok-olok suatu kaum yang lain, karena boleh jadi mereka itu lebih baik dari mereka yang mengoloknya; dan jangan juga para wanita saling memperolok sesamanya sebab boleh jadi wanita yang diperolokkan itu lebih baik dari wanita yang memperoloknya ; dan jangan kamu mencela dirimu sendiri serta jangan kamu saling memanggil dengan gelar yang jahat. Sejahat-jahat panggilan adalah yang jahat setelah ia beriman dan siapa saja yang tidak bertobat, maka mereka adalah orang yang zhalim. – Qs. 49 al-Hujuraat : 11
Kita selaku manusia modern ini harus segera berhenti meneruskan perilaku pongah yang disertai stagnasi pendapatnya yang usang, keberadaan para aliens alias makhluk berjiwa diplanet bumi yang lain nun jauh dikedalaman langit jangan sampai menimbulkan kekhawatiran berlebihan bahwa pendapat manusia sebagai makhluk termulia akan dilecehkan atau menjadi rusak. Pada hakekatnya manusia ini cuma sekedar makhluk yang hina[11] dengan kediaman berada dipinggiran galaksi tak lebih dari setitik debu berjarak ± 300 juta miliar km dari pusat Bimasakti. Mari kita berhenti berpikir egois dan merasa sebagai makhluk yang paling diperhatikan Tuhan, padahal nyaris setiap hari kita melupakan Tuhan dan bergulat dengan dosa, zinah, korupsi, dusta dan seribu satu macam kufur nikmat lainnya, manusia terlampau membumi sehingga tidak kuasa melepas ke-‘akuannya’.

MEMPELAJARI ILMU GHAIB
Mempelajari ilmu apa saja pada dasarnya adalah kewajiban atas setiap muslim dan hal inipun berulang-ulang ditekankan oleh al-Qur’an dan Hadis. Dengan ilmu orang bisa selamat dalam beramal, dengan ilmu juga orang bisa mendapatkan kebahagiaan dan dengan ilmu juga seorang muslim tidak bisa dipermainkan, dibodohi ataupun direndahkan oleh orang lain.
Rasulullah Saw bersabda : ‘ Wahai Abu Dzar, hendaklah engkau pergi mempelajari satu ayat dari kitab Allah adalah lebih baik bagimu daripada engkau Sholat seratus rakaat; dan hendaklah engkau pergi mempelajari suatu bab ilmu yang dapat diamalkan ataupun belum dapat diamalkan maka adalah hal tersebut lebih baik untukmu daripada engkau Sholat seribu rakaat’ – Hadis Riwayat Ibnu Majah
Berbicara mengenai ilmu ghaib merupakan ilmu yang berhubungan dengan hal-hal yang tidak secara langsung tampak oleh panca indera dan memerlukan alat diluarnya untuk membantu memahami dan melihatnya ; Karenanya seorang ilmuwan yang mempelajari ilmu tentang mikroba atau virus bisa juga disebut sedang mempelajari ilmu ghaib karena mikroba atau virus tidak dapat terlihat secara kasat mata dan hanya bisa dilihat melalui alat bantu bernama mikroskop atau sejenisnya; begitu pula orang-orang yang mendalami ilmu tentang ketuhanan pada hakekatnya juga bisa dikatakan mempelajari ilmu ghaib, sebab mereka tengah mempelajari zat yang tidak bisa dijangkau oleh penglihatan lahir namun mampu dilihat dengan mata batin.
Memang secara umum orang akan mengkaitkan ilmu ghaib dengan suatu ilmu yang mempelajari hal-hal supranatural bahkan berhubungan erat dengan makhluk-makhluk halus lengkap dengan segala pernak-pernik mistikismenya seperti berpuasa, berpantang makan-makanan tertentu, melafaskan asma atau dzikir dari ayat-ayat al-Qur’an sekian ratus kali, tidak boleh memakai pakaian berwarna serta berbagai ragam hal yang bersifat klenik lainnya. Menarik bila kita melihat pendapat Dr. Scott Peck [1] sehubungan dengan hal ini :
Bahwa dalam berpikir tentang keajaiban, biasanya manusia selalu membayangkan hal-hal yang terlalu dramatis. Ibarat kita mencari semak yang terbakar, terbelahnya lautan dan suara-suara dari syurga. Padahal kita dapat melihat kejadian sehari-hari didalam hidup kita sebagai bukti adanya keajaiban tersebut, sekaligus mempertahankan orientasi ilmiah kita .
Mungkin pernyataan tersebut bagi sebagian orang dianggap berlawanan dengan pandangan segala macam aliran kepercayaan, filsafat, kebudayaan maupun ajaran-ajaran agama. Mereka akan menolak dengan gigih seraya mengatakan bahwa hal ghaib tidak bisa diuraikan melalui metode ilmiah atau ada juga yang berseru bahwa hal ghaib mutlak milik Allah sehingga tidak perlu diadakan eksperimental dan penelitian. Namun sekalipun demikian menurut pandangan saya, kita semua harus mengakui bahwa hasil-hasil pengkajian dunia barat atas beragam fenomena keghaiban yang ada sebagian besar telah membebaskan kita dari belenggu khayalan yang berlebihan dan sering berbau tahayul.
Selama ini kita telah terlalu berlebihan dalam memanfaatkan otak kanan yang mengurusi hal-hal yang bersifat intuitif dan mistik serta cenderung mengabaikan fungsi otak kiri yang bersifat analistis dan rasional. Melalui hasil penelitian dan pengkajian secara ilmiah juga kita tidak lagi mudah percaya terhadap apa yang disebut gejala-gejala paranormal. Kita mulai bisa membedakan antara yang palsu dan yang benar atau bisa jadi fenomena ghaib tersebut berasal dari halusinasi, histerisme maupun hipnotisme.
Oleh karena itu, mempelajari ilmu ghaib dalam perspektif ilmiah dapat dibenarkan dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama manapun. Kita jangan mudah mempolitisir ayat, hadis apalagi argumentatif dari orang-orang yang memang sebenarnya belum mampu berpikiran terbuka dan universal. Orang-orang seperti ini mungkin sedikit banyak terpengaruh oleh adanya pengaburan makna antara ghaib yang rasionalis dengan ajaran kebatinan yang non rasional seperti Theosophie, Yoga, Tantrisme maupun hal-hal lain seperti yang ada pada ajaran kitab Gatoloco dan Darmagandul [2].
Sesuai kajian ilmu pengetahuan alam modern bahwa semua benda terdiri dari atom ataupun sekelompok atom, bahkan tubuh manusia sendiripun terdiri dari atom juga. Memang atom-atom itu berbeda-beda (kurang lebih seratus macam) tetapi setiap atom mempunyai inti atom yang disebut nukleus yang dikelilingi oleh butiran-butiran kecil bernama elektron. Setiap bagian dari atom berisi sejumlah kecil listrik, inti atom bermuatan listrik positip sedangkan elektron bermuatan listrik negatip. Melalui suatu metode pelatihan tertentu, manusia dapat mengembangkan listrik yang ada pada dirinya sehingga mampu mendayagunakan listrik tersebut sesuai yang dikehendakinya.
Kita sering menyaksikan ada orang yang bisa menghidupkan lampu pijar dengan tangannya, bagaimana pula misalnya seorang Romi Rafael atau Deddy Corbudzier dapat memberi sugesti pada seseorang untuk mengikuti perintah yang mereka berikan melalui kekuatan pikiran (hipnotisme dan magnetisme), lalu kesaksian beberapa orang yang bisa melakukan levitasi (melayang diatas tanah), proyeksi astral (merogo sukmo) sampai pada melakukan suatu proses penyembuhan jarak jauh dengan kekuatan tenaga dalamnya, ini bukan sebuah khayalan semata namun memang terjadi dihadapan kita; adalah sangat tidak bijaksana apabila kita berusaha menutup mata dengan berbagai fenomena tersebut dan memberi vonis perbuatan tersebut sebagai ulah Jin atau hal yang sesat.
Mempelajari hal yang bersifat ghaib rasionalis semacam ini, pada prinsipnya tidak berkaitan dengan doktrin agama atau kepercayaan manapun, dia bisa dipelajari secara universal. Entah kepercayaannya Kristen, Budha, Kejawen, Komunis ataupun Islam. Jika ada satu perguruan atau organisasi yang menggabungkan doa-doa atau amalan tertentu dalam proses pembelajarannya maka menurut saya hanya sebagai metode dakwah dari sang guru agar para muridnya mau menjalankan perintah agama dan menggunakan ilmu tersebut pada jalan kebenaran.
Ilmu (apapun disiplinnya) adalah ibarat pisau, bisa dipergunakan untuk berbuat kebatilan dan bisa juga dipergunakan untuk hal yang baik, ilmu dan pisau hanyalah alat, kemana alat ini akan difungsikan dikembalikan lagi pada diri si-manusianya sebagai subyek yang menggunakan. Kitab suci al-Qur’an sama sekali tidak memberikan batasan kepada manusia untuk berpikir (belajar), selama pemikiran itu tidak menimbulkan ketergelinciran masyarakat pada suatu perbuatan yang batil maka al-Qur’an membuka diri terhadap fitrah kemanusiawian tersebut.
Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda Kami disekitar alam semesta termasuk pada diri mereka sendiri, sehingga terbuktilah bagi mereka kebenaran itu – Qs. 41 Fushilat : 53
Surah al-Israa 17 ayat 85 yang disebut-sebut sejumlah orang sebagai dasar larangan Allah untuk manusia mempelajari hal yang ghaib sebenarnya tidak sesuai dengan maksud ayat itu sendiri yang berbicara tentang ruh.; Malah pada ayat tersebut didapati suatu pernyataan Allah sendiri betapapun sedikitnya pengetahuan yang ada pada manusia tentang ruh namun Allah tetap membuka rahasianya dalam kadar yang tertentu.
Dan mereka akan bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah : ‘Ruh itu masalah Tuhanku; dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit saja’ – Qs. 17 al-Israa : 85
Penafsiran yang sama juga terhadap surah al-an’aam 6 ayat 59 yang menyatakan bahwa kunci semua hal ghaib mutlak berada ditangan Allah. ; Ayat tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan ayat-ayat sebelumnya yang menceritakan perihal rahmat yang akan diterima oleh orang-orang yang mempercayai kenabian Muhammad dan perihal azab bagi mereka yang mengingkarinya.
Katakanlah : ‘Kalau ada pada diriku apa yang sangat kamu harapkan kedatangannya, niscaya berlakulah urusan antara aku dan kamu [3], namun Allah lebih tahu terhadap orang-orang yang zhalim; Disisi-Nyalah kunci-kunci hal yang ghaib, tidak akan mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang ada didarat dan dilaut. – Qs. 6 al-an’aam : 58-59
Tidak ada larangan bagi manusia untuk mempelajari ilmu telepati yang memungkinkan terjadinya kontak pikiran jarak jauh, sebab telepati terjadi akibat adanya proses getaran listrik yang terjadi dibagian dalam otak yang keluar dan meluncur dari pikiran seseorang kepada otak orang lainnya. Dia dapat bergerak cepat merambat diudara ataupun sebaliknya menjadi lambat dan mungkin akan tetap tinggal diudara tanpa pernah sampai kepada obyek tujuannya. Berlatih konsentrasi adalah kunci utama dari kekuatan gelombang pikiran manusia agar bisa menjalin komunikasi dengan obyeknya.
Karena itulah didalam Islam, Sholat harus dilakukan dengan konsentrasi ataupun pemusatan pikiran sebagai upaya menjalin komunikasi dengan Allah sang Pencipta. Semakin bagus tingkat konsentrasi yang dilakukan maka akan semakin cepat pula terjadinya komunikasi dua arah antara seorang muslim dengan Tuhannya.
Luruskan mukamu di setiap sholat; dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta'atanmu kepada-Nya
- Qs. 7 al-a’raaf 29
Dengan demikian, melalui ilmu telepati juga kita bisa menjawab kenapa banyak orang yang dalam sholatnya selalu berdoa namun sedikit sekali doanya tersebut yang diterima oleh Allah. Kita tidak sungguh-sungguh berkonsentrasi mengalirkan pikiran kepada-Nya, dalam sholat kita bahkan masih terikat dengan lingkungan, ingat sendal yang hilang, pekerjaan menumpuk dan sebagainya; semua ini menimbulkan banyaknya getaran yang menuju dirinya sendiri dan menghalangi keluarnya getaran pikiran yang seharusnya terpancar keluar menuju Allah.
Jikapun ada yang masih bisa menerobos keluar maka gelombangnya sudah lebih lemah dan tidak memungkinkan sampai pada tujuan.; analogi telepon seluler merupakan permisalan yang sangat mudah untuk dijabarkan dalam hal ini, dimana agar bisa terjadi hubungan komunikasi dua arah maka baik sipenelepon maupun sipenerima harus berada dalam coverage area dimana sinyal-sinyal yang diberikan bisa saling menangkap. Satu saja dari keduanya memiliki pancaran lemah maka hubungan komunikasi bisa dipastikan tidak dapat berjalan lancar.
Mempelajari tenaga dalampun demikian, tidak jauh berbeda dengan belajar telepati. Hanya bedanya kalau telepati menggunakan kekuatan konsentrasi pikiran sedangkan tenaga dalam memanfaatkan kesempurnaan latihan pernapasan sehingga listrik yang ada didalam tubuh mengembang dan menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Dengan melatih pernapasan yang teratur maka atom-atom tubuh akan dapat berfungsi sebagai sinar X sehingga bisa menyembuhkan penyakit tertentu dan bisa juga membuat sipelaku dapat melihat tembus tanpa dihalangi oleh tembok pemisah (kasyaf).
Albert Einstein membuktikan secara matematik bahwa semua dialam semesta ini terbentuk dari energi dengan persamaannya yang terkenal E= MC2, yang menyatakan bahwa semua benda, dari sebuah atom sampai seekor gajah, terbentuk dari energi. Bahkan stres, penyakit dan trauma emosional merupakan bentuk atau pola dari energi [4].
Pada tahun 1930-an, seorang ilmuwan Rusia bernama Semyon Davidich Kirlian bersama istrinya Valentina Kirlian berhasil menangkap gambar dari aura atau bentuk energi listrik yang ada disekeliling tubuh manusia melalui suatu proses fotografi. Dalam eksperimennya, kedua orang ini berhasil mengembangkan sebuah metode yang dapat memindahkan wujud medan sinar keatas lembaran kertas fotografis dengan perantaraan sebuah alat generator percik, dimana melalui alat ini Kirlian dan istrinya dapat membangkitkan getaran frekuensi tinggi, yakni rata-rata 150.000 getaran perdetiknya, sehingga apabila ada obyek misalnya berupa selembar daun, sebuah tangan manusia berikut aura (listrik) yang mengelilinginya akan dapat digetarkan perwujudannya keatas lembaran kertas fotografis [5].
Dengan demikian, perihal keberadaan listrik, energi atau biasa juga disebut orang dengan aura dan prana didalam diri manusia sudah bukan hal yang tidak masuk akal lagi. Mungkin pada masa yang akan datang setelah peradaban manusia semakin tinggi seiring dengan perkembangan tekhnologi yang lebih maju dan semakin dapat membuka sisi ilmiah ilmu ghaib dari hal-hal yang sebelumnya selalu bercampur dengan mitos dan campur tangan makhluk halus, ilmu-ilmu ghaib bisa saja dimasukkan dalam kurikulum pelajaran sekolah sebagai suatu ilmu yang berguna bagi kemaslahatan manusia.
Dan melihatlah orang-orang yang diberi ilmu itu bahwa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu adalah hal-hal yang benar (logis) serta memberi petunjuk kepada tuntunan yang Maha Kuasa dan Maha Terpuji. - Qs. 34 Saba’ : 6
Dan akan kamu ketahui kenyataan kabarnya sesudah waktunya tiba - Qs. 38 Shad : 88
Dalam satu perdiskusian agama disalah satu mailing list, pernah ada yang menanyakan kepada saya akan persamaan dari mempelajari ilmu-ilmu ghaib dengan mempelajari ilmu sihir, lebih jauh lagi mereka mempertanyakan alasan kenapa bila memang kita diperbolehkan belajar hal yang ghaib tidak ada ketentuan yang jelas dari al-Qur’an maupun Sunnah Nabi-Nya; sehingga mereka masih meragu untuk mempelajarinya.
Sebenarnya kita bisa mengembalikan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi mengenai kewajiban manusia didalam menuntut ilmu secara luas dan universal. Sebelum kita jawab adakah persamaan antara mempelajari ilmu-ilmu ghaib seperti telepati, hipnotis, proyeksi astral atau tenaga dalam dengan mempelajari ilmu sihir, terlebih dahulu perlu dipahami apa itu sihir.
Sihir berasal dari kata as-Sahar, artinya pertemuan akhir malam dengan awal siang, jadi ada pergeseran dua situasi yaitu gelap dan terang namun suasana masih samar, dikatakan gelap sudah ada sinar dikatakan terang masih gelap sehingga sihir dimaksudkan sebagai sebuah perbuatan yang tidak jelas benar salahnya. Lebih jauh, seorang ulama bernama Ibnu Qudamah menyimpulkan sihir sebagai bundelan (buhul), mantera-mantera dan ucapan yang diucapkan atau ditulis atau mengerjakan sesuatu yang menimbulkan pengaruh pada badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa menyentuhnya [6].
Namun al-Qur’an sendiri memberikan gambaran mengenai sihir sebagai berikut :
• Identik dengan perbuatan setan dan dapat membuat seseorang bercerai (Surah 2 al-Baqarah : 102)
• Bisa membuat mata manusia membayangkan sesuatu yang hakekatnya tidak ada, seperti pertempuran Nabi Musa dengan para tukang sihir Fir’aun (Surah 20 Thaha : 66 dan Surah. 7 al-A’raaf : 116)
• Bisa berupa kata-kata yang memukau atau memikat (Surah. 10 Yunus : 2)
• Bisa berupa sesuatu yang menakjubkan (Surah 15 al-Hijr : 15)
• Ejekan terhadap kebenaran (Surah 37 as-Shaffat : 15 dan Surah 46 al-Ahqaaf : 7)
• Ejekan terhadap mukjizat (Surah 54 al-Qamar : 2)
• Bisa dilakukan dengan meniup-niup tali simpulan, semacam santet, guna-guna dan sebagainya (Surah 113 al-Falaq : 4)
Dengan demikian, berdasarkan kriteria al-Qur’an diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa sihir ternyata bisa juga mencakup pidato atau ceramah memukau yang digunakan untuk menggaet massa, sihir bisa pula berupa pertunjukan hasil kemajuan teknologi modern yang menakjubkan dalam berbagai disiplin ilmunya dan sihirpun dapat berupa perbuatan yang dilakukan untuk merugikan orang lain, baik dengan atau tanpa persekutuan dengan setan yang terdiri dari Jin dan manusia.
Sejumlah ulama masih berbeda pendapat apakah mempelajari sihir untuk kebaikan dibolehkan atau justru dilarang, sementara jika kita kembalikan pengertian sihir sebagaimana tersebut diatas maka secara tidak langsung dapat kita pastikan bahwa sihir bisa dibagi atas dua bagian, yaitu sihir dalam arti positip dan sihir dalam arti negatip.
Sihir dalam arti negatif yang bertujuan menyimpangkan manusia dari jalan kebenaran serta membuat orang lain celaka jelas sangat terlarang, baik oleh norma agama maupun norma hukum kenegaraan. Sebaliknya sihir dalam arti positip justru sangat wajib untuk dipelajari.
Sebagai tambahan, bahkan seorang A. Hassan, salah seorang ulama besar yang terkenal berpandangan tegas dalam beragama dari organisasi Persatuan Islam (Persis) berpendapat bahwa mempelajari ilmu magnetisme (kekuatan gaib) sama sekali tidak bisa dipersamakan dengan mempelajari ilmu sihir, karena menurut beliau dalam tiap-tiap urat halus yang ada diotak maupun diseluruh tubuh manusia tersimpan magnetisme yang justru menjadi salah satu unsur pokok dari kehidupan yang bilamana unsur ini tidak ada maka akan matilah manusia tersebut [7].
Untuk menyikapi bentuk-bentuk sihir yang ada ini, mungkin kita bisa menjadikan hadis berikut sebagai parameter:
Auf bin Malik bertanya : Adalah kami bermantera pada masa jahiliah ya Rasulullah ! Bagaimana pendapat anda tentang hal ini ? Maka beliau bersabda : Hadapkan mantera-mantera kamu itu kepadaku, tidak apa-apa mantera-mantera itu selama tidak ada syirik didalamnya - Hadis Riwayat Muslim
Memang hadis ini tidak berbicara mengenai sihir melainkan mantera, namun kita bisa mengambil keumuman dari hadis Nabi tersebut yang intinya menyatakan bahwa semua hal yang tidak ada unsur syirik maka boleh dikerjakan. Memukau orang lain terhadap kecanggihan teknologi modern, mengajak massa agar mau melakukan apa yang kita katakan melalui pidato, ceramah, mempelajari ilmu fisika, kimia, tenaga dalam, hipnotis dan sebagainya adalah salah satu bentuk sihir yang tentu saja tidak bisa dikatakan terlarang.;
Apa yang disampaikan oleh Nabi kepada orang-orang dimasanya sebagian besar berupa ayat-ayat yang bersifat muhkamat atau yang sangat jelas arti dan maknanya (misalnya mengenai larangan judi, zinah, membunuh, makanan haram dan sebagainya) sementara ada lagi yang disampaikan oleh beliau dengan pola mutasyabihat (ayat yang memerlukan pemahaman dan pengkajian secara khusus dan ilmiah) yang tidak bisa disampaikannya secara langsung mengingat tingkat pemikiran masyarakat dijamannya belum mampu memahaminya.
Contoh nyata saja saat beliau bercerita mengenai perjalanan Isra’ dan Mi’raj sejumlah orang malah berbalik murtad dan menuduhnya berbohong dengan cerita yang tidak logis menurut ukuran pemikiran manusia dijaman itu.; Sebab bagaimana mungkin manusia bisa bolak-balik bepergian dari Mekkah ke Yerusalem hanya dalam waktu setengah malam saja dan esoknya sudah ada lagi berkumpul dengan mereka dalam keadaan bugar. Ditambah lagi Nabi meneruskan ceritanya tentang perjalanannya menuju luar angkasa; sungguh ini cerita yang irrasional dan tidak dapat mereka pahami.
Namun saat waktu membawa kita keabad 20 sekarang, semua cerita Nabi tersebut menjadi sangat masuk akal, bepergian dari Mekkah ke Yerusalem atau malah lebih jauh lagi dari sana dalam tempo yang singkat bukan suatu isapan jempol atau dongeng sebelum tidur, karena peradaban diabad 20 telah mengenal pesawat terbang, mengenal jet, mengenal roket dan seterusnya yang mampu membawa manusia pergi dari satu daerah kedaerah lain yang berjauhan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh sebab itulah, dalam rangka memahami ayat mutasyabihat diperlukan metode dan teknologi yang menuntut pola pikir luas.
Dia yang telah menurunkan Kitab kepadamu, sebagian isinya berupa ayat-ayat yang muhkamat yaitu inti sari dari Kitab; dan sebagian lainnya berupa ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang didalam hatinya ada kesesatan, mencari-cari apa yang bersifat mutasyabihat untuk membuat fitnah dan memberi penafsiran terhadapnya. Padahal tidaklah mengetahui pemahamannya kecuali Allah dan orang-orang yang berilmu.; Katakanlah : ‘Kami beriman kepada-Nya, semua ayat-ayat itu berasal dari Tuhan kami, dan tidaklah memahaminya kecuali orang-orang yang memiliki pemikiran.’ – Qs. 3 Ali Imron : 7
Demikianlah kiranya ayat tersebut memberi penjabaran kepada kita, bagaimana Allah sendiri menyatakan ayat-ayat Muhkamat sebagai inti dari wahyu yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad, bagaimana secara jelas, tegas dan lugas bercerita mengenai prinsip Tauhid, bagaimana mengatur kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara secara umum sehingga Nabi Muhammad mampu dijadikan barometer (teladan) dalam kehidupan.
Sementara disisi lain, Allah juga menurunkan wahyu yang bersifat samar, metafora yang sekali lagi masih memerlukan penganalisaan lebih lanjut yang tidak bisa ditafsirkan secara sembarangan karena hanya akan menimbulkan fitnah dan mengacaukan kehidupan bermasyarakat.
Surah Ali Imron ayat 7 ini menegaskan bahwa pemahaman ayat-ayat mutasyabihat hanya diketahui oleh Allah sendiri dan orang-orang yang berilmu, yaitu sebagaimana dipertegas-Nya kembali diakhir ayat tersebut yaitu bagi mereka yang memiliki pemikiran.; Sudahkah kita memanfaatkan akal kita untuk berpikir logis ?
Mengenai hal-hal yang tidak pernah ada bimbingan atau pengarahan langsung oleh Nabi maupun para keluarga dan sahabatnya yang terpimpin bukan berarti sesuatu itu tidak dibenarkan untuk dipelajari. Sebab jika pemikiran yang demikian tidak kita luruskan maka akan membuat banyak manusia meninggalkan ajaran Islam dengan menganggapnya sebagai agama yang sempit, penuh kebodohan dan jauh dari nilai-nilai universal (rahmatan lil ‘alamin). Tidak perlu kita mengulangi sejarah masa lalu dari orang-orang yang pernah mengingkari perlunya belajar ilmu kalam, ilmu biologi maupun ilmu-ilmu lainnya bahkan mengecapnya sebagai perilaku bid’ah [8].
Umat Islam harus bangkit, melepaskan pikirannya dari semua kesempitan berpikir yang dogmatis. Islam pernah melahirkan tokoh besar bernama Umar bin Khatab yang dibalik keteguhan keimanannya juga seorang intelektual yang dengan intelektualitasnya itu berani mengemukakan ide-ide dan melaksanakan tindakan-tindakan inovatif yang sebelumnya tidak pernah dicontohkan oleh Nabi bahkan sepintas lalu justru bisa dipandang tidak sejalan dan cenderung bertentangan dengan pengertian tekstual al-Qur’an dan sunnah padahal apa yang dilakukan oleh Umar hanyalah sebuah tindakan dalam rangka mengaktualisasikan ajaran Islam ditengah jaman yang sama sekali berbeda dengan jaman kehidupan Nabi sebelumnya.
Dan janganlah kamu jadikan nama Allah sebagai penghalang untuk berbuat kebaikan, ibadah dan menjalin perdamaian antar manusia Qs. 2 al-Baqarah : 224
Contoh kisah Khalifah Umar bin Khatab yang mengembalikan harta rampasan perang berupa tanah pertanian di Siria dan Irak kepada penduduk setempat memang sempat mengundang perdebatan diantara beberapa sahabat Nabi seperti Bilal (orang yang diangkat oleh Nabi sebagai muadzin pertama) dengan merujuk pada surah al-anfal ayat 41 dan menyatakan bahwa Umar sudah menyimpang dari al-Qur’an dan Sunnah :
Ketahuilah, bahwa apa yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnussabil (para pengembara), jika memang kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad). - Qs. 8 al-anfal : 41
Pendapat Bilal memang memiliki dasar kuat apalagi Nabi sendiri pernah membagi-bagikan tanah pertanian Khaibar setelah dibebaskan dari kekuasaan orang Yahudi. Namun Umar menganggap bahwa umat Muslim tidak perlu terlalu kaku didalam memperlakukan ayat-ayat Qur’an dan perlu juga mempertimbangkan kondisi jaman yang dijalani.
Ali bin Abu Thalib yang merupakan keluarga paling dekat dengan Nabi, orang yang diamanahkan untuk mengurus jenasah beliau saat wafat dan sekaligus satu-satunya orang yang pernah diangkat Nabi sebagai saudara bagaikan persaudaraan Harun terhadap Musa dalam perang Tabuk mengatakan dihari meninggalnya Umar bin Khatab :
Alangkah bahagianya ! Dia telah meluruskan yang bengkok, mengobati sumber penyakit, menghindar dari masa kekacauan dan menegakkan sunnah. Dia pergi dalam keadaan bersih; jarang bercela, meraih kebaikan dunia dan selamat dari keburukannya.
Memenuhi ketaatan kepada Tuhannya dan mencegah diri dari kemurkaan-Nya. Ia berangkat meninggalkan umat pada saat mereka berada dijalan-jalan yang saling bersimpangan tak menentu arahnya, sedemikian sehingga yang tersesat sulit beroleh petunjuk, yang sadarpun tak mampu meyakinkan diri [9].
Mungkinkah penilaian Ali bin Abu Thalib terhadap kepribadian Umar bin Khatab tersebut keliru? Tidakkah pola pikir dari Umar bin Khatab juga mampu kita warisi untuk mengaktualisasikan ajaran Islam dijaman penuh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini ? Jika nama Umar bin Khatab yang hidup ditengah jaman padang pasir berhasil tercantum dalam buku seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah karangan Michael H. Hart [10] yang notabene bukan beragama Islam, bagaimana mungkin kita-kita yang hampir setiap harinya bergelut dengan telepon seluler dan Internet masih mengembangkan cara berpikir yang sempit ?
Ayat-ayat mutasyabihat masih menanti orang-orang seperti Umar bin Khatab untuk membuka rahasia yang terkandung didalamnya, semua ayat al-Qur’an sudah diperuntukkan oleh Allah bagi kemaslahatan hidup manusia tanpa ada pengecualian. Tidak inginkah kita memanfaatkannya ?
MEMPELAJARI RAMALAN
Meramal artinya melakukan suatu prediksi atau dugaan dan dalam dunia ilmiah istilah ini lebih populer disebut sebagai hipotesa. Sebagai sebuah prediksi tentu saja kita tidak bisa menghakiminya sebagai hal yang terlarang apalagi sesat. Prediksi atau ramalan bukan berupa nilai yang pasti sehingga hasilnya bisa benar dan bisa juga salah, tergantung seberapa akurat data-data yang diolah sebelum akhirnya menjadi sebuah perkiraan (hipotesa). Allah sendiri berfirman dalam al-Qur’an bahwa sebuah teori, sebuah prediksi ataupun ramalan tidak akan bisa mengalahkan kebenaran yang sesungguhnya.
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali dugaan saja. Sesungguhnya dugaan itu tidak bisa mengalahkan kebenaran [1]. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. - Qs. 10 Yunus : 36
Namun sangat disayangkan justru manusia banyak terjebak dalam memastikan hasil akhir dari dugaan yang sebenarnya masih bersifat kemungkinan satu diantara dua.; Dalam kalangan ilmuwan terdapat suatu kesimpulan bahwa apa yang telah dikatakan benar, sesungguhnya belumlah mutlak benar. Sesuatu hal adalah benar menurut anggapan (dugaan) relatif disuatu jaman karena pada periode berikutnya bisa saja terdapat bukti yang memperbaiki (dugaan) kebenaran sebelumnya, hingga apa yang kemarin telah benar, kini harus dirubah lagi, dan besok mungkin disempurnakan lagi. Tingkat keberhasilan dari penganalisaan ini harus selalu diukur dengan tahap persetujuan antara pernyataan dan kenyataan tentang sesuatu itu sendiri.
Mempelajari ilmu ramal pada hakekatnya tidak terlarang selama masih dalam koridor teori kemungkinan, namun jika keluar dari teori itu dan masuk dalam dunia keabsolutan maka tentu saja akan menuai konfrontasi terbuka terhadap ajaran agama dan nilai-nilai keuniversalan nurani (kata hati).
Apa yang dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dengan ramalan cuacanya serta ilmuwan vulkanologi yang mengetengahkan ramalan terhadap meletusnya sebuah gunung atau akan munculnya gempa berkekuatan tertentu disuatu daerah adalah salah satu contoh ilmu ramal yang bisa dibenarkan, sebab mereka mempergunakan teknologi yang berdasarkan hasil karya akal pikiran dan memiliki tujuan agar masyarakat bisa mewaspadai akibat yang terjadi dari kejadian-kejadian tersebut.
Ilmu perbintangan adalah ilmu yang paling banyak diselewengkan oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan pribadi dengan mencampurkannya dengan hal yang klenik dan irrasional. Padahal ilmu ini adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang luar angkasa, sehingga banyak agamawan justru memandangnya sebagai sesuatu yang negatip. Al-Qur’an sendiri memaparkan kepada kita :
Dan Dia-lah yang telah menjadikan bagi kamu beberapa bintang untuk menjadi pedoman didalam kegelapan didarat dan dilautan. Lalu Kami jelaskan tanda-tanda Kami bagi orang-orang yang mengetahuinya. - Qs. 6 al-an’am : 97
Dan Dia jadikan tanda-tanda melalui bintang sehingga mereka mendapatkan petunjuk. - Qs. 16 an-Nahl : 16
Bintang secara umum adalah benda angkasa yang memancarkan cahaya kala malam tiba, dengan mempelajari letak dan posisi bintang-bintang tersebut manusia bisa memperoleh petunjuk arah yang menyelamatkannya dari kesesatan perjalanan. Manakala ada sekelompok orang yang menunjuk benda-benda angkasa sebagai ramalan terhadap sebuah peristiwa atau menyangkut nasib seseorang maka Nabi secara tegas bersabda :
Sesungguhnya manusia menganggap gerhana matahari dan gerhana bulan dan lenyapnya bintang-bintang dari kedudukannya karena matinya orang-orang besar dari penduduk bumi, sungguh mereka telah berbohong ! ; sebenarnya semua itu adalah ayat-ayat kekuasaan Allah, supaya para hamba-Nya bisa mengambil pelajaran dengan melihat fenomena itu dan diantara mereka ada yang melakukan instropeksi diri (pertobatan). - Hadis Riwayat Abu Daud
Dan kamu jadikan rezki kamu dan syukur kamu dengan mendustakan pernyataan bahwa kita telah diberi hujan oleh kedudukan bulan ini dan bulan itu serta bintang ini dan bintang itu. - Hadis Riwayat Ahmad, Turmudzi, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Ali bin Abu Thalib.
Jelas bahwa ilmu perbintangan tidak boleh dijadikan ilmu meramal nasib seseorang, apalagi bila kita pelajari bagaimana sesungguhnya logo-logo zodiak seperti scorpio, leo dan sebagainya itu diciptakan dengan memaksakan keterhubungan antara bintang yang satu dengan bintang lainnya melalui sebuah garis maya (garis khayalan) padahal sesungguhnya mereka sama sekali berjauhan dan tidak nampak berhubungan sebagaimana yang sering digambarkan.
Berbicara mengenai Ilmu Fengshui ada baiknya bila kita kenali dulu sejarahnya, Basuki Soejatmiko [2] dalam bukunya menulis bahwa Fengshui mulai dikembangkan pada masa kejayaan dinasti Chou (1027 – 256 SM) yang awalnya sebuah konsep religius (keagamaan) Im dan Yang lalu seterusnya menjadi peraturan dalam membangun rumah; istilah Fengshui dikenal juga dengan nama Hongsuinipun arti harfiahnya adalah angin dan air.; melalui ilmu denah rumah ini diyakini bahwa kebahagiaan dan keberuntungan manusia yang menghuninya dimasa mendatang dipengaruhi olehnya.
Tidak ada yang aneh dan salah dalam ilmu ini apabila ia memang sekedar mengatur tata letak rumah yang ideal sehingga prinsip keseimbangan alam yang dianutnya benar-benar sesuai dan secara fakta dilapangan bisa dibuktikan.; misalnya bagaimana mengatur posisi pintu rumah, atau jendela agar tidak berhadapan langsung dengan matahari sehingga rumah sering merasa panas terutama dimusim kemarau panjang dan orang-orang yang ada didalamnya menjadi mudah emosi dan menyebabkan rumah tangga atau juga bisnis hancur.
Fengshui bisa tidak sejalan dengan pola pikir Islam saat dia melakukan nomorisasi hari-hari dalam satu minggu yang dikalkulasikan sedemikian rupa dan merujukkan nomor-nomor tersebut pada hubungan sesama manusia (biasanya menyangkut pasangan hidup dan bisnis). Apabila hasil nomornya bagus maka hubungan bisa berjalan, sebaliknya hubungan segera diakhiri, perbuatan yang sama bisa kita lihat dalam sistem yang berlaku pada primbon masyarakat Jawa. Bahkan setiap hari, bulan dan tahun pada almanak dibuat sebagai permodelan ramal demi menentukan hari baik, bulan baik dan tahun baik untuk melakukan suatu perbuatan.
Perlu ditekankan disini bahwa semuanya bukanlah hitung-hitungan matematika untung-rugi yang biasa dipraktekkan oleh para pengusaha dan manager modern namun tidak lebih dari takhayul orang-orang China dan orang-orang Jawa dimasa lalu sesuai kepercayaan dan tradisinya masing-masing. Bukankah al-Qur’an sudah berkata :
Dan apabila diperintahkan kepada mereka : ‘ikutilah apa-apa yang diturunkan oleh Allah ! ‘ ; Mereka akan menjawab : ‘Kami hanya bermaksud mengikuti tradisi nenek moyang kami !’ ; Lalu apakah mereka mau mengikutinya sekalipun nenek moyang mereka tidak mengerti sesuatu dan tidaklah terpimpin dijalan yang benar ? ‘ - Qs. 2 al-Baqarah : 170
Sesungguhnya bilangan bulan-bulan disisi Allah ada dua belas bulan; tersebut dalam kitab Allah pada hari Dia menjadikan langit dan bumi. – Qs. 9 al-Bara’ah : 36
Tiada satu bencanapun yang menimpa di bumi maupun pada dirimu sendiri melainkan telah ditetapkan dalam kitab catatan sebelum Kami menciptakannya – Qs. 57 al-Hadiid : 22
Sungguh ! Kami sudah mengetahui orang-orang yang hidup sebelum kamu dan sungguh, Kami juga sudah mengetahui orang-orang yang akan hidup dimasa depan. – Qs. 15 al-Hijr : 24
Apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ?
Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan telinga mereka tuli, penglihatan mereka buta – Qs. 47 Muhammad : 22-23
Islam tidak mengenal hari baik bulan baik atau juga sebaliknya, semua bulan adalah baik dan setiap tahun juga baik. Tidak ada pengkultusan waktu-waktu tertentu bagi seseorang untuk melakukan sebuah kegiatan.
Jelek tidaknya nasib manusia tidak ditentukan oleh kapan dia memulai kegiatannya, namun lebih pada tindakannya sendiri yang kurang perhitungan dan mawas diri. Sebagai contoh, Islam tidak mengkeramatkan malam 17 Ramadhan yang dipercayai sejumlah ulama sebagai malam turunnya kitab suci al-Qur’an, Islam juga tidak mengkeramatkan hari 12 Rabiul Awal dimana Nabi Muhammad lahir dan meninggal dunia, semuanya adalah waktu yang berjalan sesuai kodratnya, sama sekali tidak ada yang perlu dihitung dan dikultuskan.
Tidak ada paksaan didalam agama, telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah ; Karena itu, siapa yang mengingkari kesalahan dan beriman kepada Allah, sungguh dia telah berpegang kepada tali yang sangat teguh yang tidak ada putusnya. – Qs. 2 al-Baqarah : 256
JIHAD
Ajaran Jihad adalah ajaran yang mulia, didalamnya ada pesan-pesan moral dan hukum yang saling terintegrasi satu dengan yang lain.
Orang yang berjihad adalah orang yang berperang, dan fakta bahwa hidup ini pun merupakan sebuah peperangan, baik perang dalam arti phisik maupun ideologi, baik dalam makna senjata atau makna mempertahankan kelangsungan hidup.
Jihad identik dengan peperangan antara kebenaran melawan kejahatan, antara yang hak dan yang batil karena itu istilah Jihad pun identik pula dengan perang suci, dan secara logika, jika sesuatu disebut dengan perang maka didalamnya harus ada dua orang atau lebih yang saling berhadapan dan saling berlawanan, saat sesuatu itu hanya bersifat sebelah tangan saja maka dia tidak bisa disebut dengan berjihad.
Beranjak dari sini maka patut dikaji lebih jauh apakah aksi-aksi pengeboman termasuk aksi bunuh diri terhadap orang-orang yang notabene tidak ada sangkut paut dengan permusuhan yang terjadi antara pihak kebenaran dan pihak kebatilan bisa dikategorikan dengan jihad yang diajarkan oleh Islam ?
Saat katakanlah misalnya negara Amerika sebagai negara yang paling bertanggung jawab atas berbagai kejahatan kemanusiaan diberbagai penjuru dunia Muslim, maka tindakan pemboikotan atas produk-produk Amerika, pembunuhan atas semua orang-orang Amerika yang berada dinegara lain yang sama sekali tidak terlibat dalam semua tindakan, perilaku maupun pengambilan keputusan pemerintahan dinegara Amerika itu sendiri bisa disebut sebagai jihad ?
Jika ini dijawab benar maka saya menyatakan bahwa keadilan didalam Islam tidak lebih dari sekedar lips service saja, tidak berbeda dengan konsep cinta kasih yang sering diumbar oleh orang-orang Kristen, semua hanya menjadi postulat-postulat yang sama sekali kosong makna, lain kulit lain isinya dan agama memang hanya sekedar candu sebagaimana dikatakan oleh Karl Marx.
Ini adalah cara pandang yang amat sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam yang sesungguhnya, Islam tidak demikian, ajaran Islam begitu mengedepankan nilai-nilai keadilan, nilai-nilai rahmat, cinta kasih dan obyektifitas. Saat Islam identik dengan kekerasan yang subyektifitas maka saat itu juga Islam melepaskan baju Rahmatan lil'alaminnya, Islam is war, Islam is terorist religion and Islam is a hoax.
Dimasa awal wahyu turun kepada Nabi Muhammad, perang dalam arti bentrokan phisik yang berdiri dibawah satu komando belum menjadi satu syariat yang diwajibkan, masing-masing orang berperang dengan cara mereka masing-masing. Karena itu sejarah Islam dalam periode Mekkah dipenuhi dengan berbagai penderitaan para sahabat yang dizalimi oleh kaum Kafir Quraisy.

Sebut saja contoh penderitaan Bilal bin Rabah yang dipanggang diatas panasnya gurun pasir berikut beban batu besar diatas tubuhnya oleh majikannya sendiri bernama Umayah bin Khalaf, lalu Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya yang diseret dengan keji oleh Bani Makhzum, lalu ada juga kisah Habab bin al-Arat yang disiksa tuannya dengan api dan besi panas yang ditusukkan kepunggungnya dan sebagainya.
Atas semua perlakuan tersebut Nabi Muhammad belum menyerukan kepada umatnya untuk melakukan peperangan terbuka, disamping wahyu untuk ini memang belum turun kepada Nabi, situasi dan kondisi umat Islam juga memang sangat tidak memungkinkan untuk terjadinya peperangan.

Dari fakta sejarah ini umat Islam pun diajar bagaimana menyikapi perlakuan orang-orang Kafir terhadap dirinya saat situasi memang tidak mendukung. Disini Jihad dalam makna lebih luas diperlukan, Jihad tidak hanya berbuat sesuatu secara phisik tetapi juga secara non phisik, baik berupa materi maupun non materi.
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. -Qs. 9 at-taubah :20
Inilah yang sudah pula dicontohkan oleh generasi Muslim pertama yang berlatar belakang saudagar seperti Khadijjah al-Kubra, Abu Bakar dan Usman bin Affan yang melakukan jihad melalui harta kekayaan mereka untuk kemajuan umat, untuk membebaskan umat dari belenggu kekafiran, belenggu penyiksaan phisik dan batin serta melepaskan umat dari kejumudan.
Adalah sangat tidak benar apabila kita membenci sesuatu kaum atas ulah pemerintahannya yang bersifat subyektif terhadap umat Islam dibeberapa negara dengan melakukan pembalasan-pembalasan semacam boikot produk, pengeboman ataupun teror-teror yang pada hakekatnya mengintimidasi rakyat dari kaum tersebut yang sekali lagi tidak terlibat dalam urusan politik negaranya.

Banyak saja rakyat Amerika yang tidak setuju dengan cara dan perilaku politik George Bush, banyak juga rakyat Australia yang keberatan dengan tindakan John Howard yang membantu misi perang Amerika di Irak, begitu juga rakyat Inggris yang tidak sependapat dengan keputusan Tony Blair dan seterusnya dan sebagainya.
Mereka adalah manusia-manusia biasa, rakyat biasa sama halnya dengan kita dan saudara-saudara kita yang seringkali terjebak dalam situasi sulit atas ulah pemerintahan kita sendiri yang zalim. Okelah misalnya dari sisi akidah mereka berbeda dengan kita namun itu tetap tidak menjadikan alasan untuk melakukan perbuatan anarkis terhadap mereka.
Apa yang dilakukan oleh katakanlah seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Texas dan berbagai perusahaan importir serta waralaba luar negeri di Indonesia pada prinsipnya adalah menyangkut bisnis, menyangkut sisi ekonomi dan selama kita tidak bisa membuktikan bahwa diluar prinsip ini mereka menyimpan motif tersembunyi, maka sejauh itu kitapun harus mengedepankan prinsip obyektifitas Islamiah.
Saya mempunyai gambar-gambar seperti iklan Coca-Cola yang menggunakan masjid al-Aqsha sebagai latar belakangnya dengan membuat kubah masjid itu berwarna merah dan bertuliskan Coca-Cola, sayapun mempunyai gambar Pepsi yang menampilkan iklan seorang anak yang baru saja mengalami kekerasan dari pihak Israel sebagai latar belakangnya namun saya masih belum yakin jika itu memang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan.
Ini adalah masalah bisnis, didalam bisnis saling jatuh menjatuhkan sesama pesaingnya melalui berbagai macam cara adalah sesuatu yang lumrah, bisa saja gambar-gambar itu sengaja direkayasa oleh mereka yang tidak ingin perusahaan tersebut maju, rasanya dari sisi logika ekonomi, tindakan pemasangan iklan semacam itu hanya akan menimbulkan dampak merugikan bagi perusahaan itu sendiri, omset jelas akan menurun, produk-produknya kemungkinan besar akan diboikot malah bisa saja semua cabang atau perwakilannya dinegara-negara Muslim akan dihancurkan ... jelas sekali lagi ini menyalahi prinsip ekonomi.
Sekali lagi, kita harus bersikap obyektif, selama kita tidak bisa membuktikan validitas dari tuduhan kita maka selama itu juga kita harus adil terhadap mereka.
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan. -Qs. al-Ma'idah 5:8
Sekali anda bertindak tidak adil apapun alasannya maka saat itu juga anda sendiri melawan ayat al-Qur'an diatas.
Islam memiliki syarat-syarat tersendiri didalam menerapkan hukum berjihad, dan dari sisi logika berpikir, semua persyaratan tersebut sangatlah manusiawi dan tidak menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan.
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar." -Qs. 22 al-Hajj : 39-40
Disini berperang (khususnya secara phisik) wajib bagi orang-orang Islam yang negaranya diserang oleh negara lain, dalam tahapan ini umat Islam harus mempertahankan dirinya, harus mempertahankan hak mereka atas negara yang mereka diami dari manuver-manuver asing yang berusaha merebut dan mengusir kependudukan kita diatas negara kita sendiri.
Karenanya beranjak dari ayat ini, wajib atas orang-orang Palestina, orang-orang Chechnya, orang-orang Iraq, orang-orang Afganisthan dan sebagainya untuk melakukan perang, mengobarkan semangat Jihad terhadap agresor tanah air mereka..
Lalu bagaimana dengan umat Islam yang lain diluar negara-negara tersebut, apakah mereka pun dikenakan kewajiban yang sama sebab didalam Islam persaudaraan itu amatlah penting ?
Pertama, ayat diatas merujuk pada kewajiban yang sangat mutlak bagi rakyat yang negaranya diserang atau dijajah saja, implikasinya, rakyat yang berada diluar daerah atau negara tersebut secara hukum tidak terbebani secara mutlak untuk ikut membantunya. Dalam bahasa agama, kewajiban membela tanah air adalah fardhu 'ain atas masyarakat Islam yang negaranya diserang oleh negara-negara agresor, dan menjadi Fardhu Kifayah atas masyarakat Islam diluarnya untuk ikut membela negara tersebut.
Kita bisa ikut berjihad atas nama persaudaraan Islam dengan dua cara :
Jalan pertama kita berangkat secara phisik kenegara yang bersangkutan dan ikut mengangkat senjata terhadap negara dan pendudukan asing, jalan kedua melakukan jihad dengan harta benda dan pemikiran yang kita miliki. Misalnya dengan jalan membantu penyaluran dana, pemasokan senjata terhadap pejuang-pejuang Palestina, Chechnya, Iraq, Afganisthan dan sebagainya itu, melakukan kecaman dan protes kepada negara-negara agresor melalui perwakilannya dinegara kita masing-masing atau juga secara kenegaraan menghimbau diadakan perdamaian melalui forum dunia seperti PBB, NATO, OKI, OPEC dan sejenisnya.
Dalam situasi dan kondisi global seperti sekarang ini, adalah tidak mudah bagi suatu negara untuk secara terbuka melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan negara-negara adidaya karena negara yang bersangkutan terlibat konflik atau aksi kemanusiaan berdarah dinegara lainnya, apalagi bila negara adidaya ini begitu memegang peranan didalam percaturan politik dunia, baik dalam teknologi, komunikasi, persenjataan, perekonomian dan lain-lainnya.

Ditambah antar negara-negara Islam sendiri hampir tidak ada kata persaudaraan, semuanya mementingkan diri sendiri, sehingga sebagaimana faktanya, hancurlah rezim Taliban di Afganisthan, porak-porandalah Iraq berikut rezim Saddam Husiennya, kusut masainya kondisi Palestina bersama gerakan Hamasnya, carut-marutnya situasi dinegara-negara bekas Uni Soviet dan lain sebagainya.
Semua fakta dan hal-hal yang melatar belakanginya inilah yang langsung maupun tidak langsung ikut menentukan pengambilan keputusan yang sifatnya crusial secara kenegaraan terhadap negara-negara agresor semacam Amerika, Australia, Prancis dan Inggris.
Olehnya Jihad tidak selalu harus dilakukan secara phisik, apalagi bila itu tidak secara langsung berhubungan dengan diri atau negara kita, setidaknya dari sisi immateri kita juga bisa berdoa kepada Allah agar kemenangan selalu diberikan kepada kaum Muslimin yang berjuang untuk negaranya.
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya). -Qs. an-Nisa' 4:84
Orang-orang Islam yang melakukan pengeboman di Indonesia dengan kedok membalas dendam terhadap ulah negara-negara agresor menurut hemat saya sudah salah sasaran, sebab notabene yang menjadi korban bukan lawan yang memang memerangi kita, lihatlah korban-korban yang jatuh, disana ada anak-anak, ada wanita, ada orang tua, ada satpam, ada pengendara motor yang sedang melintas, ada orang yang sedang berjualan mencari nafkah dan ada orang-orang tak berdosa lainnya. Ini bukan takdir jika mereka berbicara masalah takdir, ini adalah konsekwensi dari ulah perbuatan mereka yang salah, jika semuanya dilarikan atas nama takdir, maka orang akan mudah menyalahkan Tuhan dan ini satu ketimpangan berpikir.
Secara sederhana saja saya akan bawa anda pada analogi-analogi yang diberikan al-Qur'an :
"Kamu tidak dibalas melainkan apa yang sudah kamu kerjakan "- Qs. 36 Yasin : 54
"Bahwa seseorang tidak menanggung dosa orang lain, dan seseorang tidak akan mendapat ganjaran melainkan apa yang telah dia kerjakan" - Qs. 53 an-Najm : 39
Artinya, seorang tidak menanggung beban orang lain, jika yang salah bapaknya maka bukan anaknya yang harus dihukum tetapi tetap sibapaknya, jika anda menabrak seseorang dijalan raya, maka yang ditangkap oleh pak polisi tentu bukan istri anda, bukan anak anda, tetapi anda, karena anda yang menabrak. Saat anda melakukan perbuatan yang salah dan keluarga anda yang harus menjadi terdakwanya, maka ini bukan hukuman yang adil.
Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah pula anak dihukum mati karena ayahnya; Setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri."
(Ulangan 24:16)
"Orang yang berbuat dosa, itulah yang harus mati. Anak tidak akan ikut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah pun tidak akan ikut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung diatasnya.
(Yehezkiel 18:20)
Itulah sebagai tambahan dari ayat-ayat dalam Perjanjian Lama.
Anda bukalah al-Qur'an, hampir semua ayat berjihad selalu digandeng dengan kata "..dengan harta dan jiwa mereka ..." ini semua mengisyaratkan bahwa Jihad tidak harus dalam makna perang phisik, adu kekerasan.
Saat misalnya kita sedang mencari nafkah untuk anak istri kita, itu merupakan jihad, saat anda yang masih kuliah melakukan proses belajar mengajar, itupun jihad dalam rangka mencari ilmu memenuhi perintah Allah, seorang TNI yang mengabdi pada negara, menjaga misalnya kepulauan Ambalat agar tidak direbut oleh Malaysia, maka itupun jihad namanya. Saat kita melakukan perang pemikiran melawan misi Kristenisasi itupun sudah jihad. Jadi intinya kata jihad itu maknanya luas sekali dan memang secara terminologi kata Jihad berarti bersungguh-sungguh.
Nabipun pernah bersabda sepulang dari perang Badar :
Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju pada jihad yang besar yaitu jihad melawan hawa nafsu - Hadis Riwayat al-Khatib dari Jabir
Sesungguhnya musuh paling besar manusia ini adalah nafsunya sendiri, dia bisa saja berceramah panjang lebar pentang ayat dan kitab tetapi seringkali ia tidak mampu mengekang nafsunya untuk berlaku aniaya, bersyahwat, berlaku sombong, merasa diri paling alim, paling benar sendiri, paling kaya, paling hebat dan serba paling lainnya.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. -Qs. 12 Yusuf :53
Ada juga segelintir orang yang memahami ayat al-Qur'an mengenai Jihad secara salah sehingga amalnya pun bukan menjadi rahmat tetapi menjadi bencana untuk orang lain.
Perangilah orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang sudah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. - Qs. 9 at-Taubah : 29
Padahal ayat ini berkorelasi dengan ayat berikut :
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan diantara mereka sahabat hingga mereka berhijrah pada jalan Allah.
Maka jika mereka berpaling, tawanlah dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun diantara mereka sebagai sahabat, dan jangan (pula) sebagai penolong, kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. - Qs. 4 an-Nisaa' 89-90
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. - Qs. 8 al-Anfaal : 61
Artinya : Selama orang-orang kafir itu membuat permusuhan dengan kita, melakukan intimidasi, agresi dan semacamnya maka berhak atas kita untuk mengobarkan peperangan terhadap mereka sampai mereka mundur dari penyerangannya itu, dan tidak benar bagi kita untuk mengangkat mereka sebagai sahabat, sebagai partner kerja sebagai rekan bisnis apabila mereka berusaha menghalang-halangi kita dari jalan Allah, mencegah kita agar tidak sholat, tidak berhaji dan lain sebagainya. Akan tetapi bila orang itu berlaku arif, tidak mengambil sikap bermusuhan dengan kita maka disini sikap toleransi pun harus dikembangkan sebagaimana isi surah al-Anfaal ayat 61.
Arti Jizyah memang semacam upeti, tetapi saya memahaminya sebagai cara kepatuhan terhadap sistem hukum yang berlaku dinegara yang memang menjadikan Islam sebagai ideologi negara, diluar ayat tersebut, untuk negara yang tidak menjadikan Islam sebagai ideologi utamanya (misalkan saja negara kita Indonesia ini) maka saat misalnya seseorang membayar pajak kepada negara (baik itu pajak bangunan, pajak motor, pajak penghasilan) maka orang itu bisa disebut sudah tunduk terhadap sistem kenegaraan dan konsekwensinya orang itupun berhak menikmati pembangunan jalan, sarana rumah sakit dan lain-lainnya dan diapun berhak untuk mendapatkan pengayoman, perlindungan dan perdamaian, itu semua selaras dengan ayat 29 dari surah at-Taubah tadi.
Islam mengatur hukum-hukum dan perundang-undangan yang keras terhadap penganutnya, ini semua bertujuan untuk kebaikan simanusianya itu sendiri agar tidak salah jalan, tidak berbuat zalim, tidak berbuat mungkar, dan agar manusia bisa melakukan kontrol diri, tidak larut dalam gelimang nafsu duniawi semata.
Saat seseorang menyatakan diri sebagai Muslim maka saat itu juga semua syariat Islam secara teoritis menjadi satu kesatuan dalam hidupnya.
Adalah logis bila Islam tidak berhak mengatur terlalu jauh kehidupan orang non-Muslim, makanya syariat Islam itu hanya berlaku bagi orang Islam saja dan tidak berlaku bagi orang diluarnya. (Karenanya saya pribadi merasa lucu jika orang-orang Kristen meributkan piagam Jakarta).
Sholat hanya wajib atas orang yang Islam, orang Kristen meski dia satu negara, satu daerah atau satu keluarga dengan kita dia tidak dibebani kewajiban seperti seorang Muslim, demikian pula hukuman cambuk, hukuman potong dan seterusnya.
Tetapi tetap harus ada satu cara yang bisa mencegah terjadinya dis-integrasi umat, tidak mentang-mentang dia non-muslim, tidak percaya kepada Allah, tidak menghiraukan pantangan memakan babi, berlaku riba, melegalkan porno aksi, pornografi atau berbuat haram lainnya maka dia bisa seenak-enaknya saja bertingkah ditengah umat Islam, sebab inipun akan menimbulkan kekacauan dalam hidup keagamaan, bermasyarakat dan berbangsa.
Untuk itu mereka di-ikat dengan perjanjian perdamaian untuk hidup saling menghormati, mereka harus patuh terhadap sistem atau nilai-nilai peradaban yang ada dilingkungan mereka. We are not alone, we lived as a nation not between person to person only.
Ini normal sekali. Sebab tanpa sistem maka tidak ada keaneka ragaman masyarakat. Karenanya kita bisa melihat dari sejarah betapa banyak orang-orang Kafir yang tinggal diseputar Madinah sama sekali tidak diganggu oleh Nabi, mereka tunduk terhadap sistem, mereka mengembangkan sikap saling menghormati, demikian juga dijaman Umar dan Ali.
Bahwa kebenaran agama itu mutlak milik Allah adalah sesuatu yang tidak perlu dipungkiri, bahwa Allah pun sejak awal tidak ingin hidup ini kaku dan beku dengan menjadikan semuanya sama, semuanya Islam, semuanya bersatu ini juga fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahkan dalam memilih beragama sekalipun Allah tidak memberlakukan hak veto-Nya ini juga suatu fakta, karena itu kita harus pandai menganalisa dan pandai dalam memikirkan ayat-ayat Allah, sekali kita memahaminya secara salah maka saat itu juga kita akan terjebak dalam dunia subyektifitas.
Bila ayat 29 surah at-Taubah ini hanya dipahami tanpa melakukan korelasi dengan ayat-ayat lainnya maka tidak heran jika aksi bom bunuh diri, aksi pembantaian umat non Muslim yang tidak terlibat permusuhan secara langsung dengan umat Islam menjadi berita disurat kabar setiap harinya, sama seperti kasus orang memahami surah al-Maa'uun 107 ayat 4 tentang kecelakaan bagi orang-orang yang sholat, jika ini dipahami seperti ini maka niscaya ibadah sholat pasti akan ditinggalkan oleh umat Islam, padahal jika kita sedikit pintar dan mau belajar tidaklah demikian adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar