Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Kebingungan dan Keraguan

KEBINGUNGAN DAN KERAGUAN


K
ehidupan manusia sekarang ini semakin maju, didukung dengan berbagai teknologi yang semakin memudahkan kita dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap aktifitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa serta, kita selalu merasa diburu waktu yang seakan 24 jam sehari tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus dilakukan untuk mencapai ‘tujuan hidup’, tanpa menyampingkan hal lain, hanya terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat dimasa mendatang.
Dibalik semua itu, maukah Anda mengakui bahwa anda merasa gelisah? Apakah Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja? Atau terkadang, Anda tak terlepas dari dari kebimbangan dan kesedihan, yang mengeruhkan kebeningan kehidupan Anda dan mematahkan kenikmatan Anda?
Mungkin, salah satu penyebebabnya adalah masa lalu, kenangan buruk yang hidup di siang dan malam hari diatas pentas hati Anda. Anda menjadi sering diam, terkadang Anda juga merasa jemu akan hal ini. Dan Anda juga terganggu dengan keluh-kesah ini.
Ingin sekali rasanya Anda mengadu, tapi entah pada siapa Anda harus mengadu, Anda tak tahu, juga bagaimana kata untuk memulainya; karena kata-kata terlalu miskin dan tak memadai guna menyatakan isi hati kita. Mungkin juga karena Anda takut untuk mengadu, sebab, Anda takut di kasihani; karena belas kasihan ini menyebabkan kelemahan, dan Anda masih tegar menghadapinya.
Sering Anda tertegun dan berkata dalam hati, “Apakah yang membawaku melayang-layang dalam kegelisahan ini, sehingga seakan-akan aku hilang diantara awan gemawan dan takut akan terjatuh dari ketinggian? Mengapa aku bisa menerima keadaan yang aneh ini, dan bagaimana aku sebagai manusia tak dapat menemukan kebahagiaan?”
Betapa sering Anda dibingungkan oleh masalah-masalah aneh, yang hendak Anda ingkari, tapi tenyata tak dapat Anda hapus diingatan. Dan semuanya menjadi tak begitu normal. Anda merasa terganggu dengan kejadian atau benda benda. Anda tak bisa melihat dengan apa adanya. Dan Anda tak ingin seperti ini terus, Anda ingin merubahnya. Anda beranggapan kalau dapat merubah keadaan ini, Anda akan menjadi tenang dan bahagia. Namun sekali lagi Anda tak dengan jelas melihat jalan keluarnya, atau ‘caranya’.
Anda berpikir, tapi proses itu menyita sebagian besar waktu Anda. Waktu berlalu begitu cepat. Anda menjadi budak pikiran yang mengembara tak tentu. Kadang kadang Anda membuat keputusan akhir yang berhubungan dengannya. Namun keputusan itu tersembunyi lagi pertanyaan pertanyaan baru. Tersembunyi dalam jalur jalur seperti labirin, jalur yang jauh menjalar jalar, jalur yang tak dikenal dilokus lokus antah berantah, tiada berujung. Menyeret Anda masuk sendirian mengarungi jalur pertanyaan ini. Penuh kegaduhan dan Anda mengutuki diri sendiri sepanjang malam.
Berdiri melihat sesuatu yang tak diketahui didalam gelap itu. Tanpa teman yang sama sama

terperangkap. Anda berteriak putus asa memohon pengertian. Anda sangat takut akan kegelapan yang mengepung, dan Anda menderita dalam batas lingkaran cahaya disekitar Anda itu.
Entah mengapa ditempat yang jauh, entah dimana, tak ada bintang yang dapat dipercaya. Tak ada cahaya penuntun untuk tahu harus kemana. Anda marah dengan bertanya, “Kapankah keadaan ini berlalu?” Pencarian jawaban memakan waktu yang tak sedikit. Disaat ini Anda benar benar gelisah. Anda takut dan susah hati menjalani hidup yang itu itu saja.
Mungkin juga jiwa Anda yang ingin memberontak terhadap kezaliman, tapi tanpa tahu harus bagaimana melawannya. Sebab, Anda merasa diri Anda masih terantai pada bumi oleh belenggu kehidupan. Rasa-rasanya hidup Anda adalah sesuatu yang tak tampak, serta Anda juga tak dapat memahami dunia melalui pengertian dan penalaran Anda.
Anda juga bertanya lagi dalam hati, “Apakah aku telah mati sebelumnya, karena sepertinya darah hatiku dan getah hidupku telah mengering, yang membuatku seperti pohon yang layu, dengan dahan-dahan yang tak dapat lagi meliuk-liuk dalam ayunan angin sepoi, dan burung-burung tak lagi membuat sarang?”
Anda merasa was-was, “Apakah penderitaan sedang menungguku, dan kegetiran telah mengendap tersembunyi di dasar piala kegembiraanku, karena hari ini aku sepertinya menjadi burung kecil yang menjadi incaran elang, dan aku takut kalau-kalau aku akan terengut oleh cakarnya, lalu dibawa membumbung ke langit?”
Hati merasa sangat sepi akan tawa, mengalahkan wajah Anda yang biasanya penuh kegembiraan, seperti orang yang benar-benar dalam penderitaan. Tak dapat dibayangkan, perasaan itu seperti seorang yang telah menyebrangi lautan, yang diayun oleh harapan dan putus asa, pada akhir perjalanan harus berdiri di gerbang istana yang dihuni oleh hantu-hantu yang menangis dan merintih. Atau seperti seorang asing yang mencari hiburan dan keramahan di istana, tapi justru di sambut oleh ajal yang bersayap.
“Apakah aku kehilangan kesadaran, apakah kita ini manusia yang tengah berlayar ketengah lautan kehidupan, ataukah roh yang melayang di langit berawan yang hitam, seperti malam yang menebarkan jubah hitamnya kepermukaan kota, tenggelam dalam keheningan?”
Sungguh nasib yang tidak baik. Terkadang Anda menyesalinya, acap kali Anda duduk diantara orang-orang yang berdiam diri, tapi justru semakin membuat berat beban ini. Padahal sebelumnya Anda ingin berbagi bersama mereka, agar tak sendirian kita menanggung beban duka ini. Namun memandang wajah mereka, hati kita semakin larut dan tercekam kesusahan. Melayangkan lamunan Anda pada keadaan apa yang bakal Anda alami selanjutnya.
Entah berapa waktu yang akan kita lalui seperti ini, pengalaman yang pahit; karena hidup menyediakan ruangan luas tempat roh berkelana, sedangkan kita manusia tak tahu lama waktu yang sedemikian itu.
Hari yang berlalu, semakin mendekatkan diri Anda kepada rangkuman ajal. “Akankah sampai ajal memanggil, aku juga tak akan terbebas? Mungkinkah sampai pada saatnya tubuhku dingin
berselubung kain putih, terjaga oleh keheningan waktu, sedangkan kejahatan yang menyerang kita ini belum juga sembuh?”

“Anda sudah mati, hanya saja orang belum tahu; Anda sendiri, entah sejak kapan; dan Anda sudah mati, hanya saja masih bergerak.
Anda telah hilang dalam kegelapan, keheningan, dan kelengkapan. Anda bukan orang yang sekarat, namun Anda hidup dalam kekacauan. Anda mati di setiap malam, dan sendirian dalam banyak arah. Anda tak bisa tidur, tapi Anda juga tak benar-benar terjaga. Dalam senang dan sedih, Anda hanya bisa menangis dalam hati.”
Anda seperti seorang juara dari rasa sakit, terjebak dalam bayangan dan kepalsuan hidup, dan terpaksa menyebutnya kenyataan. Anda banyak bicara, karena Anda merasa tak pernah bicara apapun. Telah lama Anda mencari jawaban-jawaban itu. Anda berusaha mencarinya, walau Anda tak tahu dengan jelas apa yang hendak Anda cari, atau cara mendapatkannya.
Anda sering merasa bingung, merasa banyak menjumpai kekacauan dan kekalutan batin, diserang oleh bermacam-macam perasaan yang tidak memuaskan atau yang kurang menyenangkan hati. Secara singkat, Anda tak mendapatkan ketenangan dan kesejahteraan dalam hidup. Sering kali Anda menempuh cara yang salah untuk mendapatkanya. Anda cenderung melihat dan mencari di luar diri Anda sendiri. Akibatnya, dunia ini merupakan sumber semua kegelisahan Anda.
Anda mencarinya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam pergaulan dan sebagainya. Dan kuberanggapan kalau dapat mengubah keadaan sekeliling, Anda akan menjadi tenang dan bahagia. Itu membuat Anda jadi banyak bertanya, ‘siapa, mau apa, mengapa, dll.’ Semua itu membingungkan. Lalu Anda marah dan melupakan pertanyaan itu (padahal tadi Anda ingin tahu).
Kita memang begitu, kadang penuh emosi, dan tidak bisa menilai lebih Ianjut tentang apa yang sebenarnya dihadapi. Paradigma kita memang sangat rumit. Sulit dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah, hingga terkadang seenaknya sendiri mengambil keputusan.
Beban kehidupan yang membuat kita demikian. Masalah yang tak kunjung selesai, musibah yang tak kunjung berhenti, kesulitan yang tak kunjung ditemui jalan keluarnya, dan awan hitam yang tak pernah menyingkir.
Kita tidak bisa walau sedikit merasa ringan, terlupa dari beban masalah, menepi dari segala kesedihan, menjauh dari segala gundah-gulana saat tidur, melupakan sejenak awan hitam dari himpitan bumi yang menghimpit harapan, dan atau tersenyum menatap kenyataan.
Kita lelah; tenaga telah terkuras; air mata telah melelehkan semangat kita; dan langkah kita telah gontai.
Hidup selalu diikuti berbagai pertanyaan, entah dari mana datangnya. Sebagian pertanyaan dengan mudah terjawab, sedangkan sebagian lagi mungkin akan jadi pertanyaan abadi. Begitu pula halnya dengan kita; kita merasakan ada banyak sekali pertanyaan yang timbul namun tidak ada jawabannya. Kita berusaha bertanya pada apa saja tentang siapa saja yang dapat membantu. Namun, masih saja tertinggal berbagai pertanyaan yang tak terjawab.
Kita melihat adanya masalah baru lagi, “Mengapa ada banyak sekali pertanyaan yang tidak bisa kita dapatkan jawabannya?” Kita mulai gelisah menjalani hidup yang ini-ini saja.

“Oh Tuhan, Engkau telah menumbuhkan teratai putih di gurun hatiku yang luka, dan me-

lontarkan aku kelembah yang jauh, guna memperlihatkan aku pada kembang yang layu. Sebenarnya apa dosaku? Sedangkan mereka (orang-orang yang membangkang-Mu) hidup dalam kegembiraan?”

Sahabat, janganlah mengeluh. Sebab jika Anda mengeluh, berarti Anda meragukan hidup, sedangkan Anda pemeluk keyakinan yang teguh. Parcayalah pada nilai kepahitan yang berpadu dengan obat yang kita minum dari piala kehidupan. Dan percayalah pada keindahan duka cita yang merasuk dalam kalbu.
Ketahuhilah, kebingungan dan keraguan ini akan menghapuskan dosa-dosa kita dan mengangkat derajat kita. Selain itu, kita akan mendapat manfaat lain, yang paling penting bahwa perkara ini akan memperkuat karakter kita untuk jadi lebih dewasa. Yang terpenting adalah bahwa semua ini akan mengarahkan kita untuk kembali pada Allah, bersimpuh dihadapan-Nya, sehingga dengannya hati kita akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman, serta akan merasakan kebahagiaan dan merasa dekat dengan Allah, yaitu sebuah kebahagiaan yang tak bisa terlukiskan.
Selain itu, semua perkara yang mengeruhkan hidup itu akan menjadikan kita mengetahui kehinaan duniawi. Perasaan ini akan membawa juhud pada dunia ini dan tak cenderung padanya, kita akan lebih mementingkan akhirat dan dengan penuh keyakian bahwa ia lebih baik dan lebih kekal abadi. Sebab tak ada kebimbangan dan kesedihan di dalam surga. Sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah:
“Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". (Fathir; 34-35)
Alangkah agungnya manfaat yang didapatkan bagi orang yang mengakui hikmah Allah yang terkandung di dalamnya.
Sahabat, ketahuilah bahwa hal ini adalah wajar dialami oleh setiap manusia, bahkan mungkin sampai saat kematian menghampiri kita. Kegelisahan dan kesedihan merupakan kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan ke’AKU’an dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda.
Juga terbentuk karena khayal dengan ketidaktahuan dan kebodohan melakukan dan memupuk karma melalui pikiran pikiran perbuatan dalam masa yang tak terhitung. Selalu membentengi, menye-

lubungi, melapisi dan menggelapkan ‘hakekat sejati’ hingga menganggap khayal adalah nyata dan nyata adalah khayal.
Ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Atau dengan kata lain kita tak bisa melihat sesuatu menurut apa adanya, atau sewajarnya. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
Ketakutan tidaklah lebih dari keadaan pikiran yang dapat menjadi subyek untuk mengendalikan dan memimpin, penyalahgunaan pikiranlah yang menghasilkan ketakutan, penggunaan yang benar akan mewujudkan harapan dan cita-cita dan dalam hal ini pikiran sepenuhnya tergantung pada diri kira sendiri. Ada pepatah yang berbunyi, "Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran." Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.
Hanya jika kita dapat melihat kejadian/benda dengan apa adanya, jika kita dapat menanggalkan ke’AKU’an dan menyadari bahwa ke’AKU’an merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tak terlatih, maka kita dapat melihat bahwa tak ada yang abadi didunia ini.
Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, "Cobalah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain." Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, "Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama."
Apabila kita telah mulai berpikir tentang hal lain yang bermanfaat, maka kita akan menyadari betapa waktu dan tenaga kita terbuang sia-sia karenanya, dan betapa kita dengan sengaja telah menyebabkan ketidakbahagiaan. Apa pun kesulitan kita, bagaimana pun beratnya kesulitan yang timbul, semuanya akan dapat diselesaikan. Tetapi sebelumnya tentu saja harus ada usaha untuk melindungi diri kita agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan tersebut lagi. Mengapa kita membiarkan kesulitan-kesulitan menguras tenaga kita dan membuat diri kita tidak bahagia? Tentu saja jawabnya adalah bahwa bukan mereka (kesulitan-kesulitan itu) yang berbuat demikian, melainkan kita sendirilah yang membuat diri kita tidak berbahagia.
Harus disadari bahwa ada cara untuk kesulitan-kesulitan tersebut, dengan kata lain, kesulitan-kesulitan tersebut pasti ada akhirnya, yang ditemukan dengan cara mencapai kebebasan dan hasrat keakuan, yaitu dengan membasmi semua bentuk keragu-raguan dan kebodohan dalam pikiran Anda.
Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak

memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:

Pertama: Beriman dan beramal shaleh
Hiduplah sesuai dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda untuk menuaikan kewajiban Anda sebagai orang yang beriman. Jangan lupa sisihkan sebagian harta untuk beramal kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Allah swt berfirman:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Nahl: 97)
Ini adalah janji Allah swt kepada orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa Dia akan menganugerahkan kepada kita kehidupan yang baik.

Kedua: Waktu akan menyelesaikan masalah
Apa pun kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan menyita waktu hanya untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut, lebih baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat. Pikirkanlah kebahagiaan sebagai seorang muslim akan apa yang akan kita peroleh dari kebimbangan dan kesedihan ini berupa pahala yang besar, upah yang besar.
Sebab, “Apa yang menimpa seorang muslim baik keletihan, penyakit yang akut, kebimbangan, kesedihan, gangguan, kebingungan bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapuskan dengannya kesalahan-kesalahannya.” (HR. Muslim)
Jadi berpikirlah bahwa setiap kebimbangan dan kesedihan ini adalah penghapus bagi kesalahan-kesalahan kita dan tabungan bagi kebaikan kita. Seorang ulama salaf berkata, “Seandainya bukan karena musibah, maka kita akan datang pada hari kiamat dalam keadaan merugi. Bahkan seorang diantara mereka akan senang jika ditimpa musibah sebagaimana mereka hidup dalam suasana sentosa”

Ketiga: Mengetahui hakekat dunia
Bahwa dia fana, kesenangan yang ada padanya hanyalah sedikit, kelezatannya bisa mendatangkan kekeruhan, tak pernah menjajikan kecerahan bagi siapapun, jika seseorang tertawa di dunia dalam sesaat, maka orang itu menangis di dunia dalam waktu yang panjang, jika ia di dunia bergembira di waktu yang pendek maka dia juga membuat seseorang banyak bersedih. Maka hari-hari bergilir satu hari untuk kemenangan dan dihari yang lain untuk penderitaan. Karena hakekat dunia adalah musibah dan kebimbangan.
Dunia ini adalah seperti itu, memporak-porandakan kekuatan kita, yang membuat jiwa ini ter-

cerai berai. Dan barang siapa yang beroreantasi kepada dunia, Allah akan menjadikan kefakiran di hadapannya, dan tidak datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan kepadanya. Maka jadikanlah oreantasi kita ini kepada akhirat, maka Allah akan memantapkan tekad kita, menjadikan kekayaan berada dihati kita, dan mengumpulkan kekuatan kita sementara dunia akan datang mengejar kita dengan penuh ketundukan.

Keempat: Hindarilah minuman yang benyak memabukkan
Alkohol, obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.

Kelima: Uruslah urusan kita sendiri
Janganlah kita memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang lain, karena kita sendiri juga mempunyai kewajiban yang dilaksanakan maupun dilalaikan.
"Ia yang senantiasa mengamati kesalahan orang lain dan senantiasa lekas marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah, ia akan jauh dari penghancuran kekotoran batin."

Keenam: Berdoa
Langkah ini adalah penawar paling ampuh dalam menghilangkan kebimbangan dan kebingungan. Allah swt berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)
“Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku.” (Thaha: 25)

Ketujuh: Betawakal kepada Allah swt.
Dia befirman:
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan nya.” (Ath-Thalaq: 3)
Artinya mencukupkan keperluannya baik dari perkara dunia atau akhirat. Syekh Abdurrahman As-Sa’id berkata: “Maka pada saat hati ini bergantung pada Allah, berserah diri kepada-Nya, tidak menyerah pada kecemasan, tidak pula dikendalikan oleh khayalan-khayalan buruk, maka dia akan percaya kepada Allah, mengharap pada karunia-Nya, dengannya pula segala kebimbangan dan kebingungan akan terusir, serta akan terbebas banyak jenis penyakit hati dan jasad. Hati akan merasakan kekuatan, kelapangan dan kegembiraan yang tidak bisa terlukiskan.”
Langkah ini untuk menggapai kebahagiaan ternyata banyak bagi mereka yang menyadarinya.

Tetapi disini cukup saya sebutkan beberapa langkah yang penting saja, dan semua langkah ini akan bertumpu pada membaca Al-Qur’an yang dibarengi dengan perenungan. Dia adalah pelipur hati, cahaya bagi dada, penghapus kesedihan, penghilang segala kebimbangan dan kebingungan obat bagi segala macam penyakit badan dan hati. Allah berfirman:
“Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Fushilat: 44)
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (Al-Isro’: 82)
Maka barang siapa membaca Al-Qur’an ini dengan penuh perenungan dan meresapi maknanya, maka segala kecemasan dan kebimbangan akan hilang darinya. Allah swt berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’ad: 28)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar