Halaman

Senin, 20 Juni 2011

Asal usul Yesus

Informasi dari berbagai sumber menyatakan bahwa Yesus tidak mati di tiang salib, tapi malah diselamatkan oleh saudaranya, James, dan dibawa pergi ke suatu tempat aman di mana Yesus dan Maria Magdalena memiliki anak. Diduga, anak-anaknya menjadi Raja-Raja Prancis di abad 15 dan 16. Raja Merovee. Cerita ini sangat panjang dan rumit. Keseluruhan cerita ini didokumentasikan dalam buku-buku seperti “Holy Blood, Holy Grail”dan “The Messianic Legacy”, keduanya ditulis oleh Michael Beigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln. Sesaat kemudian, muncul buku “Guardians of the Grail” yang ditulis oleh J.R. Church, dan kemudian “Pandora’s Box” oleh Alex Christopher, dan yang paling baru adalah “Bloodline of the Holy Grail” oleh Lawrence Gardner. Saya telah membaca semua buku tersebut dan ceritanya cukup meyakinkan jika kita mencermatinya dengan baik. Buku-buku yang ditulis oleh orang lain pada dasarnya memuat informasi yang sama yaitu “Garis Keturunan”.
Sebenarnya Freemason menelusuri sejarah organisasi mereka hingga Templar Knights; sedangkan Templars didirikan oleh Priory of Sion, yang diduga didirikan untuk mempertahankan garis darah Merovingian. Bukankah akan bagus dan menyenangkan bagi Mason jika mengetahui bahwa mereka mewarisi ajaran dan keturunan Yesus? Sehingga mereka dapat melarikan diri dari hukuman atas kejahatan mereka. Jika Anda melakukan penelitian mengenai konspirasi, Anda tak dapat menghindari penelusuran terhadap Knight Templars dan kemudian hingga Priory of Sion. Terdapat bukti yang menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang diwariskan, mungkin kekayaan, atau mungkin hanya informasi, (mungkin INFORMASI YANG SANGAT BESAR). Priory of Sion memiliki Emas Kekayaan Sulaiman, dalam hal ini kita hampir meyakini pasti. Emas tersebut diletakkan dalam genggaman Templars untuk dijaga, dan terdapat perselisihan mengenai lokasi penyimpanannya, apakah emas tersebut memang dibawa dan disimpan di Rennes Le Chateau, selatan Prancis.
Ada beberapa dokumen penting yang diperoleh para penulis tadi dari Grand Lodge Alpina, Mother Lodge Tertinggi di Swiss. Dokumen-dokumen ini, disebut “The Dossiers Secret”, menceritakan seorang pendeta Katholik bernama Berenger Saunier, yang juga merupakan anggota Freemasonry. Saunier bergabung dengan Rosicrucion Order yang didirikan pada tahun 1873. Pada 1 Juni 1885, Saunier dikirim ke jemaah kecil gereja Rennes Le Chateau di sebuah desa kecil, selatan Prancis. Delapan abad sebelumnya, tahun 1059, desa Rennes Le Chateau ditahbiskan kepada Maria Magdalena, Patron Saint (pelindung suci-pen) selatan Prancis. Pada saat penugasan Saunier itu, gereja tersebut sedang membutuhkan perbaikan, dan di tahun 1891, Saunier berusaha memperbaikinya. Pada saat tersebut, ia menemukan 4 perkamen (kertas dari kulit-pen) tersimpan dalam pipa kayu yang disegel. Dua dari perkamen tersebut dikatakan terdiri dari silsilah, yang satu penanggalannya sejak 1224, dan yang satunya lagi penanggalannya sejak 1644. Dua perkamen ini memuat daftar Grand Master dari Knight Templar dan Priory of Sion, serta sejarah garis darah Merovingian. Bagian atas dari salah satu dokumen ini tertulis dalam sandi rahasia. Ketika diterjemahkan, tulisan itu mengandung arti, “Harta ini dimiliki oleh Raja Dagobert II dan Sion dan ia di sana telah mati.” Menurut ajaran Priory of Sion, Yesus Kristus tidak mati, namun hanya berpura-pura mati, dibawa dari tiang salib dan diambil dari kuburan, dan diyakini menikahi Maria Magdalena, dan bahkan memperoleh anak. Mereka mengklaim bahwa ketika Romawi menghancurkan Kuil di Yerusalem pada tahun 70 Masehi, Maria Magdalena pergi bersama anak sucinya dengan menggunakan perahu melintasi Mediterania menuju Prancis. Ia kemudian menemukan tempat perlindungan dalam komunitas Yahudi. Pada masa berikutnya, generasi keturunan Maria dikatakan menikah dengan anggota Keluarga Raja Frankish dan di abad ke-5 memperoleh anak, yang kemudian menjadi raja, bernama Merovee. Merovee adalah raja pertama dalam barisan raja-raja yang disebut dengan garis darah Merovingian. Dikatakan bahwa keturunan Merovee tercatat memiliki tanda lahir di dadanya, di atas bagian jantung, tanda tersebut adalah “salib merah” berukuran kecil.
Pada akhirnya, simbol ini menjadi lambang Priory of Sion. Kesamaan penggunaan simbol “Salib Merah” tersebut membawa cerita ini hingga ke Rosicrucion (Rosy Cross/Salib dengan Mawar Merah). Pendirian Rosicrucion pertama dilakukan setelah Pertempuran di Gisors tahun 1188. Di tempat inilah Knight Templar dan Priory of Sion “berselisih” dan kemudian terpecah. The Ordre of Sion (Order of Sion) mengubah namanya menjadi Prieure of Sion (Priory of Sion) dan memilih Jean de Gisors sebagai Grand Master-nya yang pertama, ia adalah pengikut Raja Inggris. Ormus adalah seorang guru, penganut mistik, dan ahli gnostik Mesir di Alexandria, yang mencampurkan Kristen dengan “Masdeism” (Bentuk Zoroastrianisme Yunani/Romawi). Ormus dan para pengikutnya memilih Salib Merah sebagai simbol mereka, empat abad sebelum Merovee terlahir dengan tanda lahir “Salib Merah” di dadanya. Knight Templar mengadopsi Salib Merah Merovee enam abad kemudian. Untuk menandingi Templar, Priory of Sion menjadikan Salib Merah Ormus sebagainya lambangnya, dan kemudian mengadopsi Kata-kata “L’ Ordre de la Rose Croix Veritas” atau “The Order of the True Red Cross”.
Jika Ormus adalah sumber pertama penggunaan ‘Salib Merah’, dan garis darah ini muncul dari Yerusalem atau wilayah sekitarnya yang menggunakan ‘Salib Merah’ sebagai simbol, kita harus mempertimbangkan arti penting dari ‘Salib Merah’ ini. Apa sebenarnya Salib Merah itu? Atau mungkin pertanyaan yang lebih cocok adalah, Simbol ini melambangkan apa? Menurut pendapat pribadi saya, simbol ini melambangkan “pengetahuan”. Bukan pengetahuan biasa, tapi pengetahuan tertentu mengenai sejarah agama dan asal-usul pengertian agama. Ingat, jika Anda membaca bagian berikutnya tentang sejarah agama, Knight Templar pada mulanya disebut “Milice du Christ” or “Soldiers of Christ”. Apakah Salib Merah merupakan simbol rahasia untuk Jamur, khususnya Amanita (Red Cap)?
Ini sama sekali bukan berarti fitnah terhadap Tuhan. Selain itu, pada saat yang sama, materi ini bukan Anti-agama. Saya kira ini bisa dipertimbangkan sebagai Anti-gereja, atau agama Anti-kekuasaan. Bagaimanapun, hubungan seseorang dengan Tuhan bersifat INDIVIDUAL. Bagaimana manusia mempersepsikan Tuhan dan apa yang dipersepsikan sebagai Tuhan oleh manusia, akan selalu berbeda menurut orang-orang dan budaya tertentu. New World Order berusaha membawa SATU PENGERTIAN tentang TUHAN. Ini takkan pernah terjadi. Satu agama dunia hanyalah Utopia. Itu mungkin TERDENGAR seperti ide bagus, tapi saya tak ingin memaksa orang berbeda agama untuk meyakini apa yang saya yakini, begitu juga saya tak ingin dipaksa meyakini doktrin Saksi Yehovah atau beberapa sekte agama fanatik lainnya. Informasi ini disajikan untuk memberi PILIHAN kepada pembaca guna menyadari penelusuran asal-usul agama-agama modern, BUKAN untuk menolak Tuhan atau ide-ide mengenai Tuhan. Selama masyarakat hidup berdasarkan KEBAIKAN, tidak masalah apapun agama yang Anda yakini. Saya pribadi tidak meyakini bahwa ada sesuatu yang lebih sesuai dengan perintah Tuhan daripada praktik-praktik keagamaan, seperti mengajarkan KEBAIKAN atau menunjukkan pada masyarakat bagaimana mendapatkan KEBEBASAN dalam PIKIRAN mereka. Hidup untuk Tuhan, atau hidup sesuai dengan perintah Tuhan jauh lebih penting daripada keyakinan seseorang yang terkait dengan gereja. Kebaikan seperti apa yang bisa muncul melalui pembunuhan? Berapa banyak pembunuhan atas nama Tuhan? Bahkan para penolak klinik aborsi juga menjadi pembunuh jika mereka sendiri melakukan pembunuhan, meski mencoba untuk mencegah pembunuhan (aborsi) terhadap bayi-bayi tak berdosa. Apakah ini yang Tuhan inginkan? Jika demikian, siapa yang mengatakannya? Seorang manusia tak berhak memutuskan apa yang Tuhan inginkan, dan tak satupun pendeta yang berhak berbicara atas nama Tuhan. Semua yang ada dalam katalog ini juga bukan merupakan kata-kata Tuhan. Infomasi ini disajikan untuk dipelajari dan dipertimbangkan, tak harus dianggap sebagai KATA-KATA Tuhan. Sekarang kita akan sedikit membahas Bahasa.
Apakah Anda Percaya bahwa Tuhan pernah mengarang sebuah Kitab Suci dan apakah Anda juga Percaya bahwa Dia menyebutnya “The Bible”? Atau apakah Anda percaya bahwa sekelompok ilmuwan yang dekat dengan Tuhan atau Putra Tuhan pernah mengumpulkan Firman Tuhan atau Ucapan Putra Tuhan? Apakah Anda percaya bahwa Putra Tuhan pernah hidup di Bumi? Jika pernah, menurut Anda apakah ia akan benar-benar membolehkan sekelompok mahluk hidup biasa untuk Menyalibnya di Tiang Salib? Mengapa Anda berpikir bahwa Tuhan mengizinkan hal tersebut terjadi dan tidak menghentikannya, padahal Dia MAHA MELIHAT? Dan, jika Tuhan berbicara dengan Musa, bagaimana kita bisa tahu bahwa Dia memang melakukannya dan bahwa Musa tidak berbohong? Bagaimana kita tahu bahwa Musa bukan Kapitalis yang sedang berusaha Memonopoli Kitab Suci dengan mengatakan bahwa dirinya berbicara dengan Tuhan? Bagaimana jika Ten Commandments (10 perintah-pen) benar-benar merupakan cerminan moral dan perasaan bersalah dari Musa yang dihasilkan melalui ideologi spiritual dan budayanya sendiri pada saat itu dan ia bermaksud memaksakan Agamanya waktu itu? Selain itu, saat itu mereka juga selalu menghisap suatu jamur aneh.
BAGAIMANA JIKA TUHAN ADALAH DEWI DAN YESUS ADALAH JAMUR? Bagaimana jika “Tuhan” adalah “Penis Besar” di Surga, yang di setiap musim Dingin memberkati Ibu Perut Bumi dengan Mani Subur, yang hari ini disebut “Hujan”, dan kemudian terjadi kelahiran “Putra Tuhan”, sebuah “Penis Miniatur”—JAMUR SUCI. Ini bukan sesuatu yang luar biasa jika Anda hidup ribuan tahun lalu, di zaman Sumeria Kuno, atau Mesir Kuno, atau Yerusalem Kuno. Bagaimana kita bisa benar-benar memastikan apa yang terjadi ribuan tahun lalu jika kita bahkan tidak memahami bahasa yang terdapat dalam buku yang kita baca. Selain itu, kata-kata mengandung arti bermacam-macam tergantung pada budaya dan masa ketika kata-kata tersebut digunakan. Jika bahasa Latin adalah terjemahan dari tulisan Hebrew dan jika kita memperhatikan tulisan Hebrew itu sendiri (untuk memahami bahasa Hebrew), bagaimana kita tahu bahwa orang-orang yang menulisnya pada masa mereka dapat memahami dengan benar terjemahan Mesir atau Babilonia dari Versi Sumeria yang asli? Atau, bagaimana jika, sepanjang masa, setiap kali para pendeta shaman (dukun-pen) melakukan penerjemahan ke dalam bahasa baru, mereka tetap menyembunyikan Kata-Kata atau Pengertian Asli dengan sengaja untuk tujuan tertentu?
Sangat sedikit orang di dunia ini yang memahami BANYAK bahasa termasuk: Sumeria, Babilonia, Cuneiform, Acadian, Assyrian, Mesir, Hebrew, Phoenician, Yunani, Latin, dan lainnya. Jika Anda memahami semua bahasa tersebut, apakah Anda juga pernah membaca “GULUNGAN LAUT MATI YANG ASLI”? John Allegro memahami semua bahasa tersebut dan disewa untuk menjadi bagian tim pengeditan yang memecahkan Gulungan Laut Mati di tahun 1950, beberapa waktu setelah naskah tersebut ditemukan. John Allegro adalah orang pertama yang dapat mengakses dan membaca “Gulungan Tembaga”. Setelah beberapa waktu, ia dikeluarkan dari tim pengeditan dan kemudian mempublikasikan penemuannya. Di tahun 1970, ia menerbitkan “The Sacred Mushroom & The Cross”, sebuah buku tentang Yudaisme dan Kristen dan asal-usul agama-agama tersebut di zaman kuno ketika Mushroom Fertility Cult masih eksis, sekitar masa penaklukan Yerusalem oleh Romawi pada tahun 70 Masehi. Ia menyebutkan obsesi “Essenes” terhadap Amanita Muscaria Mushroom dan menyalahkan tanggapan penuh kemarahan dari Kerajaan Romawi terhadap rahasia tersebut, rahasia jamur yang bersifat subversif, dan terhadap penyebaran informasi berbentuk kode yang berkaitan dengan Yesus, Jamur Suci. – “Jamur tersebut, yang kini diakui sebagai ‘Amanita Muscaria’ atau ‘Fly Agaric’, telah dikenal sejak permulaan sejarah. Di bawah kulit merahnya dan puncaknya yang bernoda putih, tersembunyi racun kuat yang dapat menimbulkan halusinasi. Setiap aspek jamur tersebut penuh dengan kiasan seksual, dan pada bentuknya yang seperti penis, orang-orang zaman kuno melihat replika kesuburan tuhan. Itu adalah ‘Putra Tuhan’, obat yang terkandung di dalamnya merupakan bentuk spermatozoa tuhan yang lebih alami dibanding dengan bentuk lain yang dapat ditemukan pada mahluk hidup. Itu, sebenarnya, adalah Tuhan sendiri, yang bermanifestasi di bumi. Bagi penganut mistik, itu adalah alat yang diberikan tuhan untuk memasuki surga; Tuhan telah turun sendiri untuk menunjukkan jalan pada dirinya sendiri, oleh dirinya sendiri.”—Dari “The Intro of The Sacred Mushroom & the Cross”.
Menurut Allegro, pada zaman kuno terdapat keyakinan bahwa jika hujan di gurun pasir merupakan sumber kehidupan, maka embun dari surga pasti hanya merupakan semacam spermatozoa berjumlah besar. Jika organ pria mengeluarkan cairan murni ini dan menciptakan kehidupan dalam tubuh wanita, maka di atas langit, sumber mani alami tersebut pasti berupa penis yang kuat, dan bumi yang melahirkan keturunannya merupakan perut. Karena itu, selanjutnya, untuk membuat penis surga tersebut memenuhi orgasmenya, manusia harus menstimulasinya dengan alat-alat seksual, dengan menyanyi, menari, pertunjukan sensual, dan lebih dari itu, dengan melakukan persetubuhan itu sendiri. “Untuk meningkatkan panennya, para petani bersetubuh dengan istri mereka di ladang. Untuk mencari obat yang dapat mengirim jiwanya terbang menuju surga ke-7 dan pulang kembali, mereka dituntun memasuki misteri agama dimana pendeta wanita menggoda tuhan dan menariknya ke dalam genggaman seperti layaknya seorang wanita merangsang penis pasangannya mencapai ereksi. Tumbuhan dianggap akan lebih subur jika diberi sperma tuhan dibanding unsur lainnya. Inilah Drug-Herb, ilmu penanaman dan pemanfaatan yang dikumpulkan setelah melakukan observasi dan eksperimen berbahaya selama berabad-abad. Orang-orang yang menerapkan kebijaksanaan rahasia dari tumbuhan, dipilih oleh tuhan mereka; bagi mereka, tuhan telah bersedia memberikan hak akses menuju singgasana surga. Dan jika tuhan cemburu dengan kekuasaannya, tak sedikit dari mereka yang melayani tuhan melalui misteri-misteri pemujaan. Tak ada ajaran yang biasa diteriakkan dari atas atap: Surga hanyalah untuk orang-orang yang disukai tuhan. Mantera dan upacara (dengan cara ini mereka menyulap tumbuhan obat mereka), serta detail persiapan tubuh dan mental yang dilakukan sebelum mereka bisa menghisap tuhan mereka, merupakan rahasia pemujaan bagi calon anggota, dan setelah melalui sumpah yang mengerikan mereka dapat memperoleh akses.” “Rahasia-rahasia tersebut sangat jarang yang dituliskan. Biasanya, ‘kitab’ ini disampaikan dari mulut ke mulut, tanpa terjadi kekacauan pada inti pemujaan mereka, misalnya perang, dan kemudian mereka merasa perlu untuk menuliskan nama-nama herbal dan cara mereka menggunakannya, di samping mantera-mantera, dan semua itu ada dalam bentuk esoterik yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang ada dalam komunitas yang tersebar.
Allegro yakin bahwa ini berkaitan dengan pemberontakan Yahudi di tahun 66 Masehi. “Mungkin setelah dihasut oleh para anggota kelompok pemujaan, dipengaruhi oleh kegilaan kepada tuhan (disebabkan oleh obat-obatan) telah mendorong kaum Yahudi untuk menguasai dunia atas nama tuhan, hal ini memancing penguasa Romawi melakukan tindakan cepat dan mengerikan terhadap Yahudi. Yerusalem dibinasakan, kuilnya dihancurkan. Yudaisme dikacaukan, dan masyarakatnya mencari perlindungan pada komunitas-komunitas yang sudah terbentuk di wilayah sekitar pantai Mediterania. Kelompok pemujaan rahasia menemukan bahwa diri mereka tidak memiliki sumber otoritas pusat, banyak pendeta mereka yang terbunuh dalam pemberontakan yang gagal tersebut dan dalam perjalanan menuju wilayah padang pasir itu. Jika tak ingin hilang, rahasia-rahasia mereka itu harus dituliskan, tapi jika ditemukan, dokumen tersebut tak boleh membuka rahasia atau akan mengkhianati orang-orang yang masih berani menentang penguasa Romawi dan tetap meneruskan praktik-praktik keagamaan.”
Allegro melanjutkan, “Sejak awal, dongeng-dongeng rakyat zaman kuno telah memuat mitos-mitos yang berdasar pada personifikasi tumbuhan dan pepohonan. Tumbuhan dan pepohonan disamakan dengan panca indera dan kualitas manusia, selain itu nama-nama dan sifat fisiknya diterapkan pada pahlawan pria dan wanita dalam dongeng-dongeng tersebut. Beberapa dongeng tersebut hanya menjadi cerita penghibur, sementara dongeng lainnya merupakan cerita perumpamaan bernuansa politis seperti dongeng Jotham mengenai pepohonan dalam Perjanjian Lama, dan dongeng-dongeng lainnya menjadi alat untuk mengingat dan meneruskan informasi pengobatan. Nama-nama tumbuhan diperpanjang untuk membuat dasar kisah-kisah tersebut, dengan cara tersebut makhluk-makhluk fantasi diperkenalkan, dikenakan baju, dan dibuat, untuk memainkan peran. Kemudian, sastra digunakan untuk menyebarluaskan pengetahuan gaib kepada orang-orang beriman. Untuk menceritakan kisah Rabbi yang dipanggil Yesus, dan mempersamakannya dengan kemampuan dan nama obat-obatan gaib. Untuk menghidupkan Rabbi tersebut sebelum peristiwa-peristiwa mengerikan yang mengacaukan hidup mereka, untuk mengajarkan kasih sayang di antara sesama manusia, dan bahkan kepada Romawi yang mereka benci. Karena itu, dengan membaca kisah-kisah sepert ini, meski jatuh ke tangan Romawi (musuh besar mereka), kerajaan tersebut akan terperdaya dan tidak menyelidiki lebih jauh aktivitas sel kelompok pemujaan mistik yang ada di wilayah teritorialnya.”
Allegro memberi kita pandangan lain mengenai apa yang terjadi pada saat itu di Yerusalem. Bagaimana Kristen Modern terbentuk? Dan apa yang terjadi sehingga mengubah kelompok penyembah jamur menjadi Kristen konservatif Modern yang berpokok pada seorang pria yang mati di tiang salib?: Juga dari buku “The Intro of The Sacred Mushroom & the Cross”, “Tipu muslihat gagal, orang-orang Kristen, yang dibenci dan dihina, diseret dan dibunuh dalam jumlah ribuan. Kelompok penyembah jamur tersebut hampir musnah. Yang pada akhirnya terjadi adalah parodi yang nyata, penghinaan dari penguasa mengangkat seseorang menuju surga dan memberi mereka penglihatan Tuhan, untuk itu mereka mati dengan senang. Kisah mengenai Rabbi yang disalib atas dorongan kaum Yahudi menjadi ketetapan historis yang dibangun oleh otoritas kelompok pemujaan baru. Apa yang pada mulanya adalah cerita bohong, menjadi perangkap bagi orang-orang yang meyakini dirinya sendiri sebagai pewaris spiritual agama mistik dan kemudian mengenakan nama “Kristen”. Di atas semua itu, mereka lupa, untuk membersihkan diri dari pemujaan dan kenangannya, suatu rahasia tertinggi yang menjadi dasar keseluruhan agama dan pengalaman ekstatik (kegembiraan luar biasa-pen) mereka: Nama-nama dan Identitas sumber Obat-obatan, Kunci menuju Surga—Jamur Suci.”
Mungkin poin yang paling sering dilewatkan dalam meneliti sejarah adalah fakta bahwa kita tidak mempertimbangkan asal-usul KATA yang kita baca, karena KATA memiliki pengertian berbeda sesuai dengan bahasanya. Sebuah KATA dalam BAHASA INGGRIS hari ini mungkin memiliki PENGERTIAN tertentu, tapi tidak selalu memiliki PENGERTIAN sama seperti saat KATA tersebut diucapkan, dalam bahasa Latin atau Hebrew. Dan apa yang dimiliki bersama oleh bahasa Latin dan Hebrew? Jika suatu kata memiliki arti tertentu dalam bahasa Inggris dan suatu kata memiliki arti tertentu dalam bahasa Hebrew, apakah KATA tersebut memiliki pengertian yang sama? Mungkin Tidak! Tapi, bagaimana jika KATA dalam kedua bahasa tersebut memiliki asal-usul yang sama, berasal dari Sumeria? Maka PENGERTIAN KATA tersebut dalam BAHASA SUMERIA pasti memiliki PENGERTIAN KATA SEJATI yang benar atau hampir benar.
Pekerjaan Allegro benar-benar merupakan studi mengenai kata dan asal-usulnya, karena ini adalah sumber PENGERTIAN sejati. Dari “The Intro of The Sacred Mushroom & the Cross”—“Studi kita di zaman sekarang harus banyak meneliti nama dan gelar. Setelah mengetahui tatanama (nomenklatur) jamur suci di dalam dan di luar kelompok pemujaan, kita dapat mulai memahami fungsi dan teologinya. Faktor utama yang mendorong penemuan baru ini telah direalisasikan, sehingga banyak nama paling rahasia dari jamur suci tersebut membawa kita ke zaman Sumeria, bahasa tulisan tertua yang kita kenal, dicerminkan oleh adanya teks cuneiform (tulisan kuno berbentuk baji-pen) yang penanggalannya bermula dari milenium ke-4 Sebelum Masehi. Lebih jauh, saat ini muncul pendapat bahwa bahasa kuno ini menciptakan jembatan di antara bahasa-bahasa Indo-Eropa (yang mencakup Yunani, Latin, dan bahasa kita sendiri) dengan kelompok Semit, yang meliputi bahasa Perjanjian Lama, Hebrew, dan Aramaik. Untuk pertama kalinya, sekarang menjadi sangat mungkin untuk menguraikan dan mengartikan nama-nama dewa, tokoh-tokoh mitologi, klasik dan biblikal (berkaitan dengan bibel), dan nama-nama tumbuhan. Dengan begitu, posisi semua hal tersebut dalam sistem pemujaan serta fungsinya dalam agama-agama kesuburan zaman kuno (old fertility religion) dapat ditentukan. Bahkan dewa seperti Zeus dan Yahweh memiliki perwujudan konsepsi fundamental yang sama tentang dewa kesuburan (fertility deity), karena nama mereka pada mulanya sama persis. Suatu bahasa yang digunakan bersama dapat mengesampingkan batas-batas rasial dan fisik. Bahkan bahasa-bahasa yang tampak berbeda seperti Yunani dan Hebrew, setelah dapat dibuktikan bahwa keduanya berasal dari sumber yang sama, mengarah pada kebersamaan budaya (communality of culture) pada suatu periode awal di masa lampau.”
Salah satu contoh pertama yang ada dalam buku itu adalah kata “Etymology”, yang merupakan studi terhadap hubungan antara kata dan gagasan yang diungkapkan oleh kata itu sendiri. Dari mana kata “Etymology” berasal? Etymology adalah ilmu untuk mencari tahu pengertian “Sejati” (true) dari sebuah kata. Bahasa Yunani untuk true adalah “etumos”. Jadi, paling tidak, kembali ke Yunani, kata “Etymology” menurut asal katanya sendiri BERARTI “TRUE”.
Meneliti sebuah kata hingga Sumeria sedikit lebih rumit, meski hal tersebut sangat diperlukan jika Anda ingin mengetahui pengertian “Sejati” dari kata tersebut. Kali ini contoh lain diambil dari bab pertama buku tersebut, berjudul “In the Beginning god created”; “Jika ingin mencari tahu asal kata barbarisme modern seperti “de-escalate”, kita harus menyingkirkan “de-“ serta embel-embel verbal “-ate”, membuang huruf awal “e-“ yang dikenal sebagai awalan, hingga akhirnya tersisa “scal-“ untuk dipelajari lebih dalam. “Scala” dalam bahasa Latin berarti “Ladder” (tangga/jenjang) dan kita sudah ada di jalur yang benar dalam penyelidikan. Namun pada tahap ini para ahli etimologi akan berhati-hati terhadap kemungkinan adanya perubahan vokal yang terjadi di antara banyak dialek. Salah satu perubahan vokal yang paling umum adalah antara “L” dan “N” dan kita tidak terkejut saat menemukan bahwa bentuk awal asal kata “N” adalah sebagai pengganti “L”, jadi Sansakerta, salah satu dialek Indo-Eropa paling awal, memiliki asal kata “skan-“ yang berarti “going up” (naik). Suara desis juga dapat saling ditukar, misalnya “s” dan “z” dan huruf vokal pendek dapat keluar dalam pengucapan di antara beberapa konsonan, seperti “i” yang berada di antara “s” dan “c”. Sesungguhnya kita dapat menguraikan asal kata dalam bahasa Indo-Eropa kita, seperti “scan-” “ascend” masih masuk dalam suku kata Sumeria, ZIG, “rise”, dan “up”.—ZIGAN (Scan) (Scal) (Escalate).
Menurut Anda berapa banyak orang yang memiliki kemampuan untuk menceritakan semua isi yang menyusun bibel? Saya kira hanya sedikit, kalau pun ada. Anda tak hanya harus memahami semua bahasa hingga zaman Sumeria, Anda juga harus mencurahkan hidup Anda untuk mempelajari dan meneliti agama, dan yang ketiga adalah Anda juga harus membuang pendapat sebelumnya atau dugaan terhadap apa yang sedang Anda teliti. (Berpikir Terbuka). Jika Anda kembali kepada buku-buku untuk mencari tahu Jesus Christ, Anda mungkin hanya akan menemukan seorang manusia, tapi jika Anda ingin mendekati informasi yang mencakup Jamur Halusinogenik dan menyadari berdasarkan penelitian Anda bahwa pengertian asli dari kata Jesus Christ adalah “To be Annointed” atau “To Annoint with Semen”, maka Anda mungkin akan menetapkan bahwa pengertian aslinya lebih berkaitan dengan kesuburan (fertility), atau suatu obyek yang sangat dikaitkan dengan kesuburan.
Allegro menggambarkan situasi penerjemahan yang sulit: Bahkan dalam bibel, sampai sekarang ini bahasa masih menjadi rintangan utama untuk meneliti asal-usul agama Kristen. Yesus dan pengikut terdekatnya digambarkan sebagai Yahudi, tinggal di Palestina dan mengadopsi kebiasaan dan ketentuan agama Yahudi. Agama yang dikemukakan dalam Perjanjian Lama asal katanya adalah suatu bentuk Yudaisme, tapi bahasa yang digunakan untuk mengungkapkannya adalah bahasa Yunani, bahasa yang non-semitik. Kata-kata dan nama seperti “Christ”, “Holy Ghost”, “Yesus”, “Joseph”, dan “Mary”, meresap melalui jalur Hebrew namun dalam Perjanjian Lama memiliki bentuk atau penerjemahan Yunani. Kata Yesus dikutip secara bebas, dan sering menimbulkan beban yang tak terbantahkan, tapi sebenarnya tak seorang pun yang mengetahui pasti apa yang Yesus katakan, karena bibel yang kita miliki adalah terjemahan dari versi yang diduga Aramaik asli yang semua jejaknya telah hilang.”—“Yang kita ketahui sekarang adalah bahwa dengan kembali cukup jauh ke masa lampau, mungkin kita bisa menemukan jembatan linguistik di antara kelompok-kelompok etnik dan budaya ini. Namun keterpisahan bahasa mereka masing-masing (Yunani dan Hebrew), dan filsafat mungkin menjadi sumber yang dapat diperoleh kembali, mereka berasal dari satu sumber, dan studi yang realistis mengenai asal-usul agama Kristen dan Yahudi harus dimulai. Akar agama Kristen bukan dalam Perjanjian Lama, tapi seperti halnya Yudaisme itu sendiri, di masa budaya pra-semitik dan pra-helenik yang eksis di Mesopotamia 2 atau 3 ribu tahun sebelum penyusunan pertama Perjanjian Lama. Doktrin Kristen mengenai ke-bapak-an tuhan bukan berasal dari hubungan paternal Yahweh dengan orang-orang pilihannya tapi berasal dari filsafat naturalistik yang memandang pencipta suci sebagai penis surga yang menyuburkan/menghamili Ibu Bumi.”
Dari Bab “The Names of Gods”—“Berdasarkan pemeriksaan etimologis terhadap nama-nama utama Tuhan, kita dapat sampai pada tema umum pemberian Kehidupan, produktivitas, atau kesuburan. Karena itu nama Dewa-dewa utama Yunani dan Hebrew, Zeus dan Yahweh (Jehovah), berasal dari bahasa Sumeria, yang berarti “juice of fecundity”, “spermatozoa”, “seed of life”. Susunan katanya (frase-pen) terdiri dari 2 suku kata, IA (ya, secara dialektikal sama dengan za), “juice” secara harfiah sama dengan “strong water”, dan “U” mungkin fonem terpenting dalam keseluruhan agama Timur Dekat. “U” ditemukan dalam teks yang dilambangkan dengan sejumlah tanda cuneiform yang berbeda-beda, tapi asal kata dari semua tanda itu adalah gagasan-gagasan yang mengungkapkan “Fertility”. Dengan demikian, “U” satu memiliki arti “copulate” atau “mount”, dan “create”; “U” lain berarti “rainstorm”, sumber sperma surga; “U” yang lain lagi berarti “vegetation”, sebagai keturunan Tuhan; dan “U” lain lagi adalah nama dari Tuhan sendiri (yang menyemburkan). Sejauh ini, dari petunjuk adanya keragaman dewa dan gagasan-gagasan teologis yang bertentangan, catatan sejarah kita yang paling awal membawa kita kembali ke gagasan tunggal, bahkan hingga huruf tunggal, “U”. Di balik Yudaisme dan Kristen, dan semua agama kesuburan di Timur Dekat serta perkembangannya yang kompleks, terdapat kebohongan pada fonem tunggal ini, “U”.”
Dari Bab “Plants and Drugs”—“Kata Daimon dalam bahasa Yunani, melalui bahasa Persia “dew” (terdapat pertalian linguistik yang kuat antara “m” dan “w”), berasal dari bahasa Sumeria yang aslinya adalah DA-IA-U-NA, yang berarti “having power over fertility”. Jadi, setan (demon) memiliki kekuatan mempengaruhi kesehatan atau sakit, kelahiran atau kematian, dan berbagai tahap kondisi tubuh. Obat-obatan penyembuhan (medicinal drug) memiliki kekuatan serupa, dan kata dalam bahasa Hebrew untuk “be sick” (sakit) yaitu dawah, dan kata dalam bahasa Arab yang memiliki pengertian “pengobatan”, berasal dari asal kata yang sama. Jadi setan yang mempengaruhi kesehatan dan sakit, serta obatan-obatannya, adalah satu hal yang sama.”...”Karena kehidupan berasal dari benih suci, maka obat penyembuh yang paling manjur pasti berupa kemurnian, sperma tuhan yang tak tercampur. Beberapa tumbuhan dianggap memiliki getah (sap) atau damar (resin) yang kurang lebih sama dengan sperma tersebut, “kemurnian” atau “kesucian” getah dan damar diukur oleh kemampuannya sebagai obat-obatan untuk membunuh atau menyembuhkan atau memabukkan (intoxicate). Dalam bahasa Sumeria, kata “live” dan “intoxicate” adalah sama, TIN dan “tree of life” (GEShTIN) adalah “vine”. Begitu pula kata “oinos” dalam bahasa Yunani dan kata “wine” dalam bahasa Hebrew, mungkin berasal dari kata yang sama dalam bahasa Sumeria, IA-N-NU-, “semen seed” (benih sperma).”...”Penggunaan nama Yesus (dalam bahasa Yunani “iesus”) sebagai doa dalam penyembuhan sudah cukup cocok untuk menjadi petunjuk. Kata aslinya dalam bahasa Hebrew adalah “yehoshua” “Joshua”, yang berasal dari bahasa Sumeria IA-U-ShU-A (ShUSh), “sperma yang dapat menyelamatkan, memulihkan, dan menyembuhkan”. Dalam bahasa Yahudi yang mengalami Helenisasi, kata untuk “joshua” (dalam bahasa Yunani “Iason”, “Jason”, mungkin dari Iason, “healer”, dan verbal deponennya adalah “iaomai”, “heal”) berasal dari sumber kata Sumeria yang sama. Dalam kalimat ejekan yang ada dalam Perjanjian Lama, Lukas 4:23,
“physician, heal thyself” (dokter, menyembuhkan dirimu), mungkin kita memperoleh kiasan langsung dalam pengertian tersebut, karena kita sudah mengetahui gelar Yesus, “savior”, soter Yunani, elemen pertama yang merefleksikan kata Sumeria yang sama, “ShU”, “save”, dan juga digunakan dalam bahasa Yunani untuk menunjuk pada “penyelamatan dari penyakit, bahaya, resiko, dan lain-lain”, dan merupakan julukan umum untuk Zeus dan para raja. Dewa kesuburan Dionysus, (dalam bahasa Yunani Dionusos), (lambangnya berupa penis yang berereksi, dan juga merupakan dewa penyembuhan, dan jika namanya diuraikan menjadi asal katanya yang asli, maka akan menjadi IA-U-NU-ShUSh), hampir identik dengan sifat Yesus, memiliki “benih” NU membuat maknanya menjadi: “Benih sperma yang menyelamatkan”, dan dapat dipersamakan dengan kata “Nosios” dalam bahasa Yunani, yang berarti “healer”, julukan untuk Zeus.” Ini sangat memaksakan. Jika Anda tak memahaminya, maka Anda mungkin harus membaca ulang selama beberapa kali.
Pada dasarnya, informasi di atas menggambarkan suatu gagasan bahwa sumber “Kristenitas” bukanlah seorang manusia, tapi justru “Jamur”, khususnya “Amanita Muscaria” (Fly-Agaric). Kekacauan diduga timbul karena perubahan dalam bahasa serta karena adanya upaya mempertahankan ritual-ritual dan rahasia pemujaan kesuburan dari ancaman penguasa Romawi. Tampaknya, bahasa Yunani dan Hebrew memiliki akar bahasa yang sama, jejaknya kembali hingga ke zaman Sumeria. Tak ada catatan tentang Perjanjian Lama versi Hebrew, yang ada hanya terjemahan Yunani. Kisah-kisah dalam bibel memiliki persamaan dengan kisah-kisah yang ada di negara lain, dalam bahasa yang berbeda, di masa lalu. Nama-nama yang ada bahkan mengikuti asalnya langsung secara linguistik dari nama-nama tokoh yang sama, dalam kisah-kisah di negara lain. Satu perbedaan utama antara “Kristenitas”
dengan agama-agama kesuburan kuno ini adalah fakta bahwa dalam agama-agama kuno figur sentralnya, Putra Tuhan, adalah Jamur. Jadi, pertanyaannya adalah, apakah Yesus merupakan seorang manusia atau gambaran simbolis dari “Psychedelic Mushroom” (mushroom: jamur, psychedelic: ketenangan jiwa yang terpengaruh rasa birahi dan seni cinta perasaan serupa itu akibat obat bius)? Kita mungkin harus mempelajari bahasa-bahasa kuno agar kita bisa memperoleh keterangan, atau mungkin kita bisa mengadakan perjalanan ke Kashmir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar