Halaman

Sabtu, 23 Januari 2010

HINAAN

HINAAN
Hinaan dan cacian juga termasuk dari musibah. Manusia dapat menghina dengan berbagai sumber, kimiskinan, keburukan wajah, kebodohan, rendahnya status sosial, dan lain-lain. Dan, hinaan yang biasa ku terima juga termasuk dari hal-hal itu. Atau karena aku berlaku baik dan rajin ibadah, hingga aku dikatakan ‘sok alim.’
Aku yakin, mereka yang mengejek orang yang rajin ibadah, pasti juga mengakui kesalahannya, meski dalam hati. Nuraninya pasti juga mengatakan bahwa nuraninya juga mengatakan salah, namun ia malu dan gengsi karena ia tak mampu menjadi seperti mereka yang diejeknya.
Teman Anda misalnya, mengejek Anda karena Anda menolak meneguk minuman keras yang disodorkannya, juga mengakui bahwa penolakan Anda itu adalah tindakan yang benar, ia yang salah. Namun, rasa gengsi sebagai laki-laki membuatnya tertawa kecut sambil mengejek Anda. Ia menertawakan Anda yang diyakininya benar sambil menahan malu lantaran tak mampu berpendirian kokoh seperti Anda.
Bagiku, dari sekian banyak hal yang mereka hinakan, mereka itu sebenarnya tak mengetahui maksud dari hinaanya. Aku tahu, mereka akan lebih senang kalau hinaanya ditanggapi, dengan spontan mereka akan terus menghina. Karena itu, sabar memang sangat penting, karena ketidaksabaran itu akan mengumpulkan perasaan untuk berbuat sesuatu yang tak perlu (tanggapan). Tanggapan itu membuat orang (yang menanggapinya) malah seperti orang yang memang hina, seperti benalu yang tak berharga. Padahal sebenarnya bila diperhatikan orang yang dihina adalah seperti butir intan. Ia lebih mahal dari batu sebesar apapun (orang yang menghina). Sebab jika mereka mengakui lebih dari orang yang dihinanya (orang yang mulia), tidak akan pernah melontarkan penghinaan kepada orang lain. Tapi kalau sampai terpancing, sama saja intan itu tertutup lumpur. Dan orang yang tak tahu akan menganggap ‘memang pantas dihina.’
Hanya orang hinalah yang suka menghina orang lain; hanya orang tercelalah yang suka mencela; hanya orang yang serba kekuranganlah yang selalu melakukannya, membuat cercaan, ejekan, atau hinaan.
Mereka itu mudah untuk ditemukan, dipinggir jalan, disepanjang jalan. Dia diinjak-injak dilempar kesana kemari (oleh jaman), sedang intan bersemayam dalam persembunyiaannya, dalam batu yang kokoh, didalam guci yang indah, yang hanya keluar untuk sang pemiliknya, Tuhan.
Kemurnianya selalu terjaga; kesejukan sinarnya melebihi embun didaratan Eropa. Dia tidak berkarat, lekukannya memancarkan ketenangan, namun kokoh melebihi kerasnya batu. Namun, manakala hinaan telah memancingnya keluar dari tempat yang berharga, memang ia tetap jadi intan, hanya saja seperti dipegang oleh orang yang tak tahu apa itu intan. Dia memperlakukannya seperti batu-batu yang lainnya. Dia hanya tahu warnanya berbeda, namun baginya ia tetap batu. Dan mungkin ia hanya akan diperlakukan sebagaimana batu semestinya.
“Rasa manis adalah penyakit, rasa pahit adalah obat. Jika Anda dipuji mirip dengan rasa manis, jika berlebihan akan mendatangkan penyakit; sedang hinaan adalah pil pahit ataupun suntikan yang terasa sakit, namun menyembuhkan.”
Ingatlah, tidak aka nada seorangpun yang dapat hidup didunia ini tanpa mengalami celaan dari orang lain.
“Mereka yang berdiam diri akan dicela, dan mereka yang banyak bicara banyak dicela; mereka yang bersikap tak banyak bicara dan yang berdiam diripun akan dicela. Tidak ada seorangpun didunia ini yang tak dicela.”
Atas dasar ini haruskah Anda luluh kalau dihina?
Disisi lain, hanaan dari mereka akan membuat kita sadar bahwa kita ini adalah mahkluk lemah. Bukan sekedar pahala dan janji surga yang akan kita dapatkan dari penghinaan itu. Lebih. Tuhan akan membuka tabir penghalang untuk menjumpai-Nya melalui ejekan dari mereka. Karena itulah Tuhan menggerakkan kedalam dada mereka untuk mengejek kita, sebagai tanda perhatiaannya kepada kita. Tak perlu memandang siapa yang menghina, dan yang lebih penting adalah tak perlu habis-habisan membela diri dengan alasan yang dibuat-buat. Ini hanya akan mempertebal dinding hati penglihatan kita.
Hinaan yang kita terima adalah suatu bentuk materi pembelajaran hidup. Karena itu penghinaan adalah demi kebaikan kita, bukan orang yang menghina kita.
Jangan menangis! Sebab kesedihan hanya membuat air mata yang segar terasa pahit; membuat hati berkeping-keping; menyurutkan semangat; menghilangkan gairah; menjadikan wajah masam; dan kehidupan akan menjadi penjara yang pengap.
Jangan menangis! Menangis hanya akan menghentikan langkah Anda; merusak perjuangan; merusak cita-cita; membuat orang sedih melihat Anda; dan yang mengerikan adalah membuat Anda putus asa.
Mengapa harus putus asa, sedang diluar sana Anda melihat ada anak yang hidup sebatang kara, tapi masih tegar menghadapi kehidupan? Ada manusia yang tak sempurnya, cacat, tapi mereka berprestasi menggoreskan tinta emasnya dalam kancah sejarah orang sukses.
Justru dengan putus asa, Anda telah menyepelekan kekuatan Anda sendiri, telah mengikis impian Anda, dan sekali-kali tak akan tercapai impian Anda.
Jangan sakit hati! Sebab hati yang sakit tak ubahnya seperti badan yang hanya bisa menerima hal-hal materi yang bisa dimakan saja.
Jangan menangis! Karena Tuhan pun masih mendapat hinaan, cercaan, ejekan dari hamba yang menghinanya. Tapi Dia tetap mulia, bahkan Maha Mulia. Dan kemulian-Nya tak pernah sirna.
Jangan menangis! Walau seperti malam, terlalu gelap dirasa. Ingat, disampingnya ada bulan dan bintang yang menyertai. Anda juga masih bisa makan dan minum dengan lezat dimana masih banyak orang yang kesulitan walau untuk sesuap nasi dan seteguk air.
Jangan mengangis! Walau hinaan dirasa terlalu menyengat, karena ada awan yang menaungi. Dajn tangisan tak akan membuat musuh Anda menghadiahi sepotong roti; tak akan mengubah apa yang telah ditetapkan Tuhan; kemiskinan tak akan hilang, air dingin tak akan menjadi hangat; tak mengubah keadan buruk menjadi baik; dan musibah tak akan menjadi anugerah.
Jangan marah! Karena marah bukanlah suatu argument, kemarahan hanya akan membawa Anda menuju rimba yang tak ada jalan setapak pun untuk dilalui.
Jangan bersedih! Sebab tak akan memberikan jalan keluar; yang telah pergi tak pernah kembali; besi tak akan menjadi emas; dan pasir tak akan jadi padi. Anda bukanlah pelaku criminal; bukan pengikut kemaksiatan; bukan pula termasuk orang yang angkuh lagi sombong; ketika mereka membangkang pada Tuhan, Anda malah memohon taubat pada-Nya; dan Anda masih bisa berbuat kebaikan saat mereka melakukan keburukan, mengapa harus bersedih?
Jangan meyesalinya! Sebab hari ini dan itu adalah kehidupan, dan kehidupan akan terus berjalan. Anda harus sadari bahwa didepan masih ada goncangan yang lebih dahsyat, maka hinaan itu bukanlah apa-apa.
Tersenyumlah, sebab senyum adalah obat yang paling ampuh, dengannya Anda tak perlu membeli obat yang lebih mahal harganya.
Seandainya manusia bersikap jujur, niscaya mereka tak akan membutuhkan tiga seperempat obat-obatan yang ada di apotek, dan dia cukup tertawa saja. Sebab satu tawa lebih baik dari seribu obat penenang.
Jangan biarkan tubuh diforsir oleh hinaan yang melelahkan, tersenyumlah. Ingatlah para ilmuan besar islam masa lalu tak pernah mengulang-ngulang mengkaji ilmu dan melakukan pekerjaan berat lainnya. Mereka pun kerap meluangkan waktu untuk tertawa. Mereka sering tersenyum dengan tawa yang sederhana, untuk sekedar menghilangkan rasa suntuk, stress, sehingga dikemudian hari mereka mampu menciptakan karya-karya yang agung.
Mereka telah pergi, telah berlau, menjauh dari Anda, dan Anda pun harus tetap berjalan. Tutuplah rapat-rapat mata Anda, telinga Anda, bibir Anda, dari hal-hal yang mengingatkan hinaan yang ada dan yang berlalu. Katakanlah selamat tinggal kepada mereka, berpalinglah. Bebaskanlah nama mereka, sebab Tuhan membersihkan untuk Anda nama baik Anda. Dan jangan merana, sebab setiap orang memiki kekurangan, aib, cacat, dan cela.
Biarkanlah para pencela mati karena celaanya, para pengumpat mati karena umpatannya, para penghina mati kerana kehinaanya, para pendengki mati karena kedengkiannya, para pendendam mati jatuh karena dendamnya. Karena semua yang mereka lakukan sekali-kali tak akan membahayakan Anda, membuat Anda terhina, ataupun harus membuat Anda sengsara. Biarkan mereka sendiri menanggung akibatnya.
Kerana mereka tak pernah berbuat sesuatu yang membuat orang lain kagum terhadapanya, “Apakah predikat ‘pencela’ itu mengagumkan?” Sesekali tidak. Mereka tak pernah menandakan kalua mereka pernah hidup. Kehidupannya data-datar saja, hampa, dan tidak berbobot, sehingga mereka tak pernah mendapat hinaan.
Akan tetapi, apabila hinaan telah terlalu berat Anda rasakan; air mata tak kunjung berhenti karenanya; akal telah labil dibuatnya; hati mulai kropos dicabik-cabiknya; mata mulai gelap menghadapinya; maka menjauhlah dari mereka!
Menjauh akan memalingkan Anda dari orang yang mendengki; orang yang bertepuk ketika Anda mengalami musibah; dari mereka yang sombong; iri hati’ dari orang yang suka menggunjing. Percayalah, dengan menjauh Anda akan mendapat manfaat dan kebaikan.
Yang terpenting adalah tetaplah memohon kepada Tuhan, karena kasih-Nya yang diberikan lebih besar dari doa Anda, lebih indah dari untaian kata dalam doa Anda, lebih bermakna, lebih berkilau dari intan, dan lebih cepat dari loncatan kilat.
Berapa banyak Anda berdoa Dia kabulkan; berapa banyak Anda meminta Dia berikan; berapa banyak Anda berburuk sangka tapi Dia mencintai Anda; berapa banyak Anda berdosa dan Dia mengampuni; berapa banyak Anda celaka dan Dia yang menolong; dan berapa banyak Anda menangis dan Dia yang menghibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar